|
CIAMIS– Sampah jadi masalah pelik di Priangan. Rendahnya kesadaran warga dan minimnya fasilitas pengelolaan menyebabkan sejumlah lokasi jadi tempat pembuangan. Akibatnya, selain merusak keindahan kota, banjir kerap melanda permukiman warga saat musim hujan tiba karena tersumbatnya aliran air.Di Ciamis misalnya,terdapat enam titik aliran sungai di Kabupaten Ciamis yang rawan menjadi tempat pembuangan sampah. Saat musim kemarau, sampah yang dibuang warga ke sungai menimbulkan masalah. Kepala Bidang Kebersihan Dinas Cipta Karya,Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis Rahlan menyebutkan, salah satu penyebab masih adanya beberapa aliran sungai yang menjadi target sasaran pembuangan oleh warga karena saat ini,ada beberapa daerah yang belum mempunyai pelayanan khusus penanganan sampah. ”Beberapa daerah itu, seperti Sadananya,Cikoneng,Parigi, Cijulang, dan Pangandaran (Cikidang),”kata Rahlan. Rahlan menjelaskan, di Sadananya misalnya masih ada sebagian warga yang masih membuang sampah ke aliran sungai dan irigasi yang mengalir ke Sungai Cileueur.Karena keberadaannya di kawasan hulu sungai, maka kondisi itu menjadi persoalan. Dibutuhkan terobosan membuka pelayanan khusus penanggulangan masalah sampah. Minimal menyediakan bak sampah di tempat tertentu termasuk di tepi sungai yang biasa digunakan untuk membuang. Idealnya setiap kelurahan atau desa mempunyai 3- 5 kontainer. ”Untuk tiga kontainer saja, setiap kelurahan membutuhkan anggaran Rp60 juta, kalau mencapai lima bisa mencapai Rp100 juta.Sementara di Ciamis jumlah kelurahan banyak,” ungkap Rahlan. Tahun ini, kata Rahlan, target retribusi meningkat menjadi Rp1,5 miliar dari sebelumnya. Termasuk di kawasan pariwisata Pantai Pangandaran. ”Baru-baru ini kami kerja sama dengan kodim,memungut sampah yang dibuang masyarakat di kawasan Kertasari dan Caringin, Ciamis,”kata Rahlan. Di Garut sampah nonorganik juga mencemari Pantai Santolo, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Akibatnya, sejumlah pengunjung mengeluhkan banyaknya tumpukan sampah di salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Garut tersebut. Salah seorang pengunjung, Sarah Restiana, 28,warga Kabupaten Purwakarta, mengaku kecewa dengan kondisi pantai yang kotor. Dia juga mengeluhkan tidak adanya tempat pembuangan sampah. ”Sampah ada di mana-mana. Mungkin ini sebab pantai jadi banyak lalat. Sangat sayang sekali bila salah satu objek wisata di Garut ini kondisinya sangat kotor. Saya sendiri mau buang sampah, bingung harus dibuang ke mana,”katanya saat ditemui kemarin. Hal yang sama dituturkan Irwan Rudiawan, 30,warga Perumahan Oma Indah, Kampung Ciparay, Desa Godog,Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Dia mengaku prihatin dengan kotornya kondisi pantai tersebut. ”Hal ini menandakan pemerintahan setingkat kecamatan dan masyarakat setempat tidak peduli atas pentingnya kebersihan lingkungan. Contohnya saja, di sini tidak disediakan tempat sampah. Jadi, para pengunjung dan masyarakatnya sendiri harus buang sampah ke mana,”tambahnya. Sementara di Tasikmalaya, sejumlah titik sungai di kawasan pusat kota Tasikmalaya menjadi lautan sampah hingga menutup pintu air dan bendungan. Tumpukan sampah semakin jelas saat saluran air mengering akibat kemarau panjang. Saat musim hujan tiba, dipastikan air sungai akan meluap dan menggenangi pemukiman warga. Dandim 0612 Tasikmalaya Letkol Inf Muhamad Muchidin memimpin langsung 400 anggota TNI, Denpom Tasikmalaya, Polresta Tasikmalaya, Menwa, Tagana,Generasi Muda FKPPI, Forum Relawan Bencana Tasikmalaya (FRBT), AMS, Damkar, dan dinas terkait untuk terjun ke sekitar pintu air dan bendungan Sungai Ciloseh untuk membersihkan kawasan sungai tersebut dari sampahsampah yang menyumbatnya. ”Sampah ini memang menjadi persoalan tersendiri di Kota Tasikmalaya, karena selain saluran sungai yang dijadikan pembuangan juga sampah rumah tangga di beberapa titik semakin menumpuk.Sedangkan personel dan armada yang ada tidak sebanding dengan volume sampah yang ada,alhasil nyaris persoalan sampah ini tidak kunjung selesai,”ujar Kepala Dinas Cipta Karya dan Pertamanan KotaTasikmalaya Tarlan. ujang marmuksinudin/ fani ferdiansyah/ nanang kuswara Post Date : 26 September 2012 |