MALANG – Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Kota Malang semakin memprihatinkan.Dari 15,5 hektare lahan yang ada,75% di antaranya sudah penuh gunungan sampah.
Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Wasto, setiap harinya TPA Supit Urang harus menampung 400 ton sampah dari masyarakat sehingga wajar apabila lahan yang tersedia semakin terkikis.”Apabila volume sampah yang masuk ke TPA tidak bisa ditekan maka lahan TPA hanya bisa digunakan 2-3 tahun lagi,”terangnya. Selama ini pertambahan volume sampah mencapai sekitar 10%.Kondisi ini dipicu pertumbuhan jumlah penduduk, serta adanya tambahan volume sampah dari wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Kawasan pinggiran kota, banyak yang memanfaatkan tempat pembuangan sampah (TPS) milik Kota Malang. Sehingga sampah mereka juga masuk ke TPA Supit Urang. ”Sampah kiriman dari daerah perbatasan memacu pertambahan volume sampah. Kawasan perbatasan itu, salah satunya Perumahan Sawojajar II. Sampah dari luar kota ini, setiap harinya bisa mencapai 40 ton,”tutur Wasto. Baru-baru ini sudah ada penandatangan kerjasama antara tiga daerah di Malang Raya. Ada kesepakatan untuk pemanfaatan TPA Supit Urang sebagai TPA terpadu regional.
Wasto menyebutkan, secara formal kerjasama baru ditandatangani, namun kenyataan di lapangan,pemanfaatan TPA untuk semua wilayah di Malang Raya sudah terjadi. Dia berharap adanya kerjasama ini akan ada solusi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait keterbatasan lahan TPA. DKP juga sudah mulai menekan volume sampah yang masuk ke TPA.Antara lain dengan mengimbau masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga, sebelum di buang ke tempat sampah. Sampah nonorganik bisa diambil pemulung untuk didaur ulang.Sementara sampah organik bisa diolah menjadi kompos.
Tidak hanya masalah sampah yang menjadi sorotan,problem buruknya sanitasi permukiman padat juga masih belum terselesaikan, sehingga mengancam kelestarian air bawah tanah,dan air sungai. Menurut Kepala Unit Pelaksana teknis (UPT) Pengolahan Sampah dan Limbah DKP Kota Malang Agus Gunarto, buruknya sanitasi dapat mengganggu kesehatan manusia karena air yang dikonsumsinya tercemar. ”Bakteri ecoli dalam air dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti stroke.
Dalam satu gram kotoran manusia, mengandung sebanyak 1.000 bakteri ecoli,”tuturnya. Mengantisipasi semakin tingginya tingkat pencemaran air bawah tanah,dan sungai,solusi yang paling mutakhir adalah dengan pembuatan sistem sanitasi massal yang dibangun secara komunal di satu wilayah perkampungan. yuswantoro
Post Date : 06 Juni 2011
|