|
jakarta, kompas - Sampah rumah tangga dan limbah industri terus mengepung wilayah perairan laut Kepulauan Seribu. Setiap hari ada sekitar 2.000 ton-3.000 ton sampah yang tiba di wilayah itu, dengan titik terjauh hampir mendekati Pulau Pari atau sekitar 35 kilometer dari Pantai Marina, Ancol, Jakarta Utara. Wakil Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman Andit dan Kepala Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Sumarto mengungkap hal itu secara terpisah, Rabu (28/3) di Jakarta. "Kalau pada tahun 2005 sampah mencapai Pulau Bidadari dan tahun 2006 di Pulau Untung Jawa, maka tahun ini sudah mendekati Pulau Pari atau 35 kilometer dari Marina," kata Abdul. Fakta yang paling mengerikan, kata Abdul, ancaman limbah cair yang berasal dari pabrik atau industri. "Kalau Anda datang ke Kepulauan Seribu lewat Marina, dengan mudah menyaksikan betapa parahnya pencemaran oleh limbah cair ini. Berdiri sampai lima menit di Marina, sambil menunggu kapal, bau limbah menyengat dan warna air pun hitam. Semakin ke tengah, warna air terlihat coklat, terus hijau, dan baru menemukan air yang biru ketika hampir mendekati Pulau Pari," kata Andul menjelaskan. Dia menuturkan, dampaknya sangat buruk bagi ekosistem laut dan pulau serta terhadap aktivitas ekonomi warga dalam mengeksplorasi potensi pulau. "Potensi kami hanya ada dua, yakni wisata bahari dan budidaya perikanan serta usaha kelautan. Misalnya, budidaya keramba, kerang, dan rumput laut ada yang mulai hancur. Semuanya sensitif terhadap pencemaran akibat limbah atau sampah," kata Abdul. Menurut dia, pemerintah setempat dan masyarakat di wilayah itu hanya bisa berteriak. Upaya pencegahan mustahil kalau hanya dilakukan secara sporadis oleh warga pulau, kecuali melalui gerakan nasional dengan melibatkan provinsi terkait, seperti Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Sumarto mengatakan, dampak sampah memang tidak terasa di darat, tetapi di laut sangat tampak. Sampah tidak saja datang dari tiga provinsi tersebut, tetapi juga dari pesisir timur Lampung. Artinya, wilayah Kepulauan Seribu sudah terkepung sampah, baik sampah atau limbah dapur maupun limbah industri. Pencemaran di laut sungguh merusak ekosistem wilayah kepulauan. Menurut Sumarto, dengan semakin mendekatnya sampah ke Pulau Pari, hampir pasti dapat merusak ekosistem di wilayah itu. Secara umum, ekosistem wilayah Kepulauan Seribu terdiri atas empat, yakni ekosistem hutan pantai, padang lamun, bakau, dan terumbu karang. "Akibatnya, akarnya bisa tertutup sampah, hutan bakau di Pulau Rambut banyak yang mati," katanya. Sumarto mengatakan, ibu kota negara satu-satunya yang mempunyai taman nasional hanya Jakarta. Jakarta memiliki wilayah bahari yang harus dijaga. (CAL) Post Date : 29 Maret 2007 |