|
BANDUNG, (PR).- Tumpukan sampah yang semakin menggunung di beberapa titik tempat penampungan sampah sementara (TPS) dan sejumlah ruas jalan di Kota Bandung dikhawatirkan tidak bisa diselesaikan oleh para petugas PD Kebersihan Kota Bandung. Volume sampah itu semakin besar, namun hingga Rabu (23/2) belum muncul tindakan antisipatif dan melibatkan peran serta masyarakat di dalamnya. Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Kota Bandung Adang Sudrajat menyatakan, kekhawatiran itu dipicu setelah memantau langsung tumpukan-tumpukan sampah di beberapa titik yang terus menggunung dalam dua hari pascamusibah longsor Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Leuwigajah. Saya menyaksikan langsung gunungan sampah yang semakin meninggi dan over loaded di Pasar Kosambi, Jalan Puter, Coblong, Pasar Andir, dan beberapa titik lainnya. Saya khawatir kalau tidak segera diantisipasi akan semakin banyak dan tidak tertangani, kata Adang usai melakukan pertemuan dengan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) di Bandung, Rabu (23/2). Ia menilai gunungan sampah di beberapa TPS itu menunjukkan ketidaksigapan pihak yang berwenang mengelolanya. Dalam skala normal, PD Kebersihan memang masih bisa mengangkut. Tapi, dalam kondisi sigap darurat, upaya antisipatif itu ternyata tidak muncul. Saya sangat khawatir, sebab setiap hari volume sampah di Kota Bandung mencapai 7.500 m3. Bayangkan, apa yang terjadi kalau dalam beberapa hari mendatang tidak muncul tindakan sigap pemerintah, katanya. Dibuang ke sungai Sementara itu, anggota Dewan Pakar DPKLTS Ir. S. Sobirin mengatakan, dari keseluruhan volume sampah di Kota Bandung dan kota/kabupaten lainnya di cekungan Bandung ia menyangsikan seluruhnya terangkut oleh PD Kebersihan masing-masing kota/kabupaten. Saya menyangsikan itu. Bahkan, angka 50:50 untuk yang terangkut dan yang tidak sudah sangat moderat. Sebab, sebagian besar sampah itu justru dibuang masyarakat ke aliran sungai dan bermuara di Sungai Citarum, kata Sobirin. Hanya 1.160 m3 Dihubungi terpisah, Dirut Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung, Awan Gumelar, semalam menyebutkan, dari 7.500 m3/hari produksi sampah di Kota Bandung, pada Rabu (23/2) yang terangkut hanya 1.160 m3 atau 116 rit keTempat pembuangan Akhir (TPA) Jelekong, Kab. Bandung. Namun demikian, angka itu jauh lebih tinggi dibanding sehari sebelumnya yang hanya 450 m3. Tidak maksimalnya pengangkutan sampah ke TPA itu, praktis menyebabkan sekira 80% sampah menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) atau stasiun-stasiun transfer yang berada di sudut-sudut kota. Itu pun, jika ditambah sisa sampah sehari sebelumnya, maka ada sekira 12.500-13.000 m3 sampah yang tidak terangkut. Hingga pukul empat sore tadi (Rabu-red), jumlah sampah yang terangkut 1.160 m3. Sekali lagi kami mohon maaf kepada masyarakat Kota Bandung, karena itulah kemampuan yang ada sekarang, ujar Awan. Sementara itu, Wali Kota Bandung Dada Rosada menyatakan akan menyediakan dana untuk mencari lokasi pengganti TPA Leuwigajah bersama Pemkot Cimahi dan Pemkab Bandung. Sedangkan TPA lainnya seperti Jelekong, dinilai kapasitasnya sangat kecil sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mencari lokasi baru. Bersama-sama Pemkot Cimahi dan Kabupaten Bandung, kami akan patungan untuk mencari TPA pengganti. Ada atau tidak ada sumber dananya, kita tetap harus menyediakan, ujar Dada seusai acara jaring aspirasi masyarakat (Jasmara) pendidikan di SMK 7 Jln. Soekarno-Hatta, Bandung, Rabu (23/2). (A-64/A-100) Post Date : 24 Februari 2005 |