Sampah Keresek, Berkah Pemulung

Sumber:Pikiran Rakyat - 02 Juni 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
DI tepi Sungai Citarum, di bawah jembatan BBS Batujajar, Kab. Bandung, Kamis (31/5), Yayat melepas lelah. Jembatan itu menghubungkan Kec. Batujajar-Kec. Cihampelas dan berada 150 meter di utara Jalan Raya Soreang-Cililin. Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 8.30 WIB. Di ujung sampan, sesekali, pria berusia 37 tahun itu bersenandung dengan siulannya. Kegembiraan menyemburat di wajahnya. Sesekali pula, ia menyeka keringat.

Setumpuk sampah keresek memenuhi sampan milik Yayat, hasil kerjanya selama tiga jam, pagi itu. Sementara, di darat, dua meter dari tepi sungai, terdapat dua tumpukan besar sampah keresek yang sudah mengering. "Itu juga punya saya, hasil kemarin," ungkap warga Kampung Saapan, Desa Cipatik, Kec. Cihampelas, Kab. Bandung itu.

Yayat hanyalah salah seorang dari 30-an pemulung bersampan yang pagi itu mencari penghidupan di sana, di Sungai Citarum. Akan halnya Yayat, sampan para pemulung itu pun sudah dipenuhi sampah, didominasi keresek. "Jumlah pemulung yang ke sini lebih banyak dari sebelumnya. Biasanya mah, paling banyak 10 pemulung. Itu pun hanya lewat. Paling-paling, menyisir tepi sungai," katanya.

Hari-hari ini, sejak awal pekan, sampah seakan enggan hanyut ke hilir Citarum, lalu masuk ke bendungan Saguling. Di bawah jembatan BBS, seakan ada sesuatu yang menghalangi. Sampah tersendat, berdesak-desakan, lalu menjelma bak lautan. Dari kaki jembatan, Kamis (31/5) pagi itu, sampah menghampar ke timur dengan jarak lebih dari 100 meter.

"Saya sendiri enggak paham kenapa sampah enggak hanyut ke hilir. Padahal, tidak ada yang menghalangi. Yang jelas, ini tidak biasa. Bagi kami, para pemulung, ini mah berkah. Tak perlu jauh-jauh memulung sampah, seperti biasanya. Cukup di sini, hasilnya sudah banyak," ujar Hadi (35), juga seorang pemulung.

Ada gula ada semut. "Lautan" sampah itulah yang kemudian memikat 30-an pemulung itu, termasuk Yayat dan Hadi. Mereka bak ketiban durian runtuh. Betapa tidak, sejak sampah menjelma bak lautan, penghasilan mereka bertambah.

Yayat dan Hadi mengaku, mereka mendapat 2 kuintal sampah keresek setiap hari. Mereka yakin, puluhan kawan seprofesi mereka juga mendapat hasil demikian, bahkan ada yang lebih. "Asal aya kadaek. Makin lama memulung, makin banyak hasil yang diperoleh. Kalau saya mah, cukup sampai pukul 10.00 WIB. Cape atuh da. Komo bari jeung panas kieu, uuih!" ucap Yayat.

Sebelum ditumpuk di darat, kata Yayat, sampah keresek yang didapat, terlebih dahulu dibersihkan. Setelah kering, barulah siap dijual. Saat ini, sampah keresek dihargai Rp 250,00 per kilogram. "Ari saya mah, tidak langsung dijual hari itu juga. Tapi, saya tumpuk dulu, 3-4 hari, sampai banyak. Meh karaos duitna (biar terasa hasilnya)," ujar Yayat menandaskan. (Hazmirullah/"PR")



Post Date : 02 Juni 2007