|
BANDUNG – Tumpukan sampah kembali terlihat di sudut-sudut Kota Bandung lantaran sudah dua hari tidak dilakukan pengangkutan. Hal itu disebabkan oleh rusaknya alat berat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang membuat 60 mobil angkutan sampah mengantre. “Total dua hari, hari ini dan besok tidak ada pengangkutan di TPS karena di sana (TPA Sarimukti) tidak dapat buang sampah. Mudah-mudahan sih tidak sampai darurat sampah, dua hari saja,” kata Direktur Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar, kemarin. Berdasarkan pantauan SINDO di lapangan, sampahsampah dibiarkan menumpuk dan meluber ke jalan. Di antaranya tempat pembuangan sementara (TPS) di Jalan Lodaya, Pasar Kosambi Jalan Jenderal Ahmad Yani, Jalan Pahlawan, dan Cijambe. Menurutnya,dari enam alat berat yang digunakan di TPA Sarimukti, seluruhnya tidak berjalan. Oleh karena itu, manuver area jalan akses ke TPA tertimbun sampah. “Kemarin (Rabu 25/12) pun tidak ada pengangkutan, hanya 50% saja. Saya sudah perintahkan petugas di lapangan agar distok dulu. Supaya tidak ada antrean,” katanya. Karena itu, dia mengimbau agarwargamengurangiproduksi sampah rumah tangga, dan jangan membuang dulu ke TPS. Untuk mengurangi dampak bau yang disebabkan tempat sampah, pihaknya telah melakukan penyemprotan. Cece menegaskan, tumpukan sampah itu tidak serta-mertamenyebabkanstatus Bandung darurat sampah. “Dulu itu (Bandung lautan sampah) tumpukan sampah berlangsung 41 hari, ini baru dua hari,” katanya. Pihaknya terus mengkoordinasi terus dengan Badan Pengelolaan Sampah Regional (BPSR) Jawa Barat, supaya ada perbaikan alat. Kota Bandung sendiri tidak memungkinkan untuk membelikan alat berat, karena kewajiban bayar tipping fee telah ditunaikan sebesar Rp11-12 miliar per tahun.Biaya yang dibayarkan yakni Rp33.500 per ton terdiri dari Rp29.000 untuk jasa pelayanan, dan Rp4.500 bagi kompensasi dampak negatif warga Sarimukti Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, Wali Kota Bandung Dada Rosada meminta masyarakat untuk menerima kondisi ini dengan lapang dada. “Ya karena alat rusak, mobil tidak berjalan, sampah numpuk wayahnalah (terima saja apa adanya),” kata Dada. Kondisi ini harus memunculkan keinginan masyarakat untuk kembali ke reuse, recycle, dan reduce (menggunakan kembali, mendaur ulang, dan mengurangi volume) sampah. Menurutnya,Kota Bandung tidak punya lagi alternatif untuk pembuangan sampah, selain Sarimukti. Dia juga mengakui belum ada pengelolaan terpadu yang dapat mengurangi volume dalam jumlah signifikan.“ Makanya, kita harus kembali ke program PLTSa (pembangkit listrik tenaga sampah). Kita harus cepat punya, supaya ada tempat pengelolaan,” ujar Dada. gita pratiwi Post Date : 27 Desember 2012 |