Jakarta -- Volume sampah di Jakarta terus meningkat. Setiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan kota ini meningkat sebesar 5 persen atau 337 ton per tahun. Kini produksi sampah warga Ibu Kota mencapai 6.663 ton per hari atau 27.996 meter kubik. "Setiap dua hari sampah Jakarta setara dengan Borobudur," kata ahli teknik lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali, dalam sebuah diskusi kemarin.
Analoginya, volume Candi Borobudur mencapai 55 ribu meter kubik. Sehingga setiap tahun sedikitnya 175 tumpukan sampah setinggi dan seluas Borobudur dihasilkan di Jakarta. Ironisnya, kemampuan pengelolaan sampah yang dilakukan di Jakarta masih sangat minim.
Ali mencontohkan, dengan asumsi produksi sampah setiap individu sebesar 0,6-0,8 kilogram, tempat pembuangan akhir yang menjadi andalan Jakarta di Bantargebang seluas 108 hektare akan penuh dalam jangka waktu delapan tahun lagi. "Harus ada solusi. Tidak ada kota yang bangkrut gara-gara berinvestasi mengelola sampah," katanya.
Senada dengan itu, aktivis lingkungan, Maryanto, mengatakan sampah yang dihasilkan di Jakarta menimbun bencana yang dahsyat. "Bagai bom waktu, kejadian meledaknya tempat pembuangan sampah seperti di Leuwigajah (Bandung) bisa saja terjadi," katanya.
Paradigma pembuangan sampah yang mengandalkan skema pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan harus sudah ditinggalkan. "Peran serta masyarakat dan industri belum sepenuhnya dilakukan," katanya. Masyarakat yang peduli terhadap kebersihan lingkungan pun harus diberikan insentif agar peningkatan kesadaran mereka semakin tumbuh.
Dalam master plan pengelolaan sampah di Ibu Kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membuat lima tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dalam periode 2007-2015. Lokasinya terletak di Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur, serta Bojong Gede, Bogor, dan Ciangir, Tangerang. Faktanya, semua itu belum terealisasi.
Sampah di Jakarta sebanyak 53 persen dihasilkan oleh produksi sampah rumah tangga, perkantoran 27 persen, dan industri 9 persen. Komposisinya didominasi oleh sampah organik sebanyak 55 persen, kertas 21 persen, plastik 13 persen, dan sisanya limbah. Rudy P | Nur Rochmi
Post Date : 30 September 2009
|