|
Jakarta, Kompas - Kepulauan Seribu dengan Kawasan Taman Nasional Laut seluas sekitar 108.000 hektar, yang sejak lama dikembangkan sebagai obyek rekreasi dan pariwisata, kini terus dibanjiri sampah. Bahkan sampah dilukiskan sebagai bencana yang amat menakutkan bagi penduduk dan lingkungan hidup di sekitarnya di wilayah itu. "Sampah kini benar-benar telah berubah menjadi bencana yang mengancam kelangsungan hidup warga dan lingkungan hidup sekitarnya di Kepulauan Seribu," kata Wakil Bupati Kepulauan Seribu Abdul Rahman, Rabu (9/5). Abdul menyebutkan, sampah telah melewati Pulau Pramuka, pulau paling selatan, dan berjarak sekitar 37 mil laut dari Pantai Marina, Jakarta Utara. Jarak itu sudah mencapai setengah dari jarak ke pulau paling utara, Pulau Dua Barat, yang terletak 70 mil laut dari daratan Jakarta. "Bahkan sampah sudah melewati Pulau Pramuka, yakni menyentuh perairan Semak Daun, yang merupakan kawasan percontohan budidaya perikanan dan kelautan milik Pemkab Kepulauan Seribu," kata Abdul. Menurut dia, keragaman jenis terumbu karang dan ikan hias yang dimiliki perairan Kepulauan Seribu merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Selain terumbu karang, di kepulauan ini hidup sekitar 113 jenis ikan hias, binatang lunak (Moluska) yang terdiri atas jenis-jenis Gastropoda sebanyak 295 jenis dan Pelecypoda 97 jenis. Di antara yang termasuk dilindungi, yakni kima raksasa dan kima sisik. Sampah yang semakin tidak terkendali, selain dapat merusak biota laut juga berdampak buruk terhadap kegiatan wisata seperti snorkling, menyelam, berenang, ski air, selancar angin, berlayar, memancing, dan berjemur. Sampah juga justru merusak sumber penghidupan sekitar 74, 34 persen warga Kepulauan Seribu yang bergantung pada hasil perikanan dan kelautan. Warga umumnya bekerja sebagai nelayan ikan tangkap, serta budidaya perikanan dan kelautan. Abdul menyebutkan, persoalan sampah itu sungguh serius, dan tidak mungkin masalah itu diatasi sendiri oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. (CAL) Post Date : 10 Mei 2007 |