|
Sampah yang terbawa arus di sungai pun ternyata masih banyak yang berharga. Di beberapa kawasan muara sungai di Jakarta, banyak pemulung yang bersedia mengumpulkan sampah di sungai itu, khususnya sampah plastik. Dan, sampah plastik itu ternyata juga banyak, karena warga Jakarta tidak terbiasa memilah sampah organik dan anorganik sejak di rumah masing-masing. Usaha para pemulung itu bisa dilihat, misalnya, di bawah jembatan Kali Krukut, tepatnya di Jalan Pluit Selatan, Penjaringan, Jakarta Utara. Hujan deras di suatu siang pertengahan Juni lalu baru saja mereda dan tinggal menyisakan gerimis. Dari atas perahu masing-masing, tiga remaja tanggung tampak sibuk memunguti sampah plastik yang terseret arus sungai. Perahu mereka bergoyang-goyang. Supaya tidak terseret arus sungai yang terlihat deras, masing-masing perahu ditambatkan ke dinding jembatan menggunakan seutas tali. Meski sambil bersenda gurau, sorot mata mereka tajam menembus kepekatan air Kali Krukut yang hitam. Dengan sigap, ketika ada barang-barang bekas seperti botol plastik, gelas plastik, piring plastik, dan sebagainya melayang di permukaan air, mereka segera memungutnya dengan galah. Kalau banjir begini, sampah banyak mengalir ke sini, kata salah satu di antara mereka yang tampak enggan menjawab pertanyaan Kompas. Di antara mereka memang terkesan tak ingin menghiraukan orang lain. Sikap itu mudah dimengerti. Jika mereka terlalu peduli dengan orang lain yang kebetulan mengajak bicara, tentu pekerjaannya terganggu. Mereka tak mau menyia-nyiakan kesempatan memungut sampah plastik di saat Kali Krukut itu banjir. Dalam waktu kira-kira setengah jam, mengamati tingkah tiga remaja itu, suasananya sama saja. Mereka tak peduli dengan orang lain yang mengamati dari atas jembatan. Tak satu kali pun di antara mereka mendongakkan kepala. Mungkin, kalau mendongak, mata mereka akan tertetes gerimis hujan. Mereka lalu memilih berkonsentrasi penuh, memanen sampah di Kali Krukut. Kian lama, tumpukan sampah plastik di perahu masing-masing kian menggunung. Seseorang warga di sekitar tempat itu mengatakan, sampah-sampah plastik yang dipungut dari kali itu bisa laku sampai Rp 2.000 per kilogram dalam keadaan kering. Biasanya jenis sampah itu berisi plastik bekas kemasan air minum. Kalau kondisi plastik masih sangat bersih, atau bekas dipakai dan belum terbuang di kali, bisa laku sampai Rp 3.000 per kilogram. Bahkan, untuk jenis gelas plastik bekas minuman dalam kemasan yang bersih, bisa sampai Rp 6.000 per kilogram. Tetapi, penjualan itu tergantung pula ke tingkat mana pengepulnya, kata orang tersebut. Tak sekadar nilai ekonomis, pemungut sampah di kali itu juga patut mendapat penghargaan lain. Di Jakarta tak hanya tiga remaja di bawah jembatan Kali Krukut yang mengurangi tumpukan sampah plastik di sungai. Masih ada ratusan, bahkan mungkin ribuan orang yang hidup dan menggantungkan hidupnya dari memulung sampah. Dan secara tidak langsung, mereka telah berjasa menyelamatkan lingkungan.... (naw) Post Date : 31 Juli 2005 |