|
PRABUMULIH(SINDO) – Dengan lahan hanya seluas 3,5 ha,tidak mengherankan jika TPA Sungai Medang,Kota Prabumulih, kini tidak mampu lagi menampung seluruh sampah di kota tersebut. Kondisi ini semakin diperparah dengan tidak dilengkapinya sarana pendaurulangan sampah. Karena itu, sampah yang dibuang di tempat tersebut terus menumpuk menyerupai gunung. Banyaknya sampah yang berserakan menimbulkan masalah baru yang menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih. Dalam sehari,TPA Sungai Medang hanya mampu menampung sekitar 130–135 kubik sampah harian.Sementara pascalebaran 1429 H, sampah yang masuk ke TPA ini meningkat sampai 150 kubik dalam sehari. Ironisnya, potensi lain dari sampah organik dan anorganik ini belum mampu dimaksimalkan Pemkot Prabumulih dan dibiarkan terus menumpuk. Kepala Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kota Prabumulih Chadir Wadi mengungkapkan, untuk masalah daur ulang sampah, sebenarnya telah menjadi wacana pemikiran di Kantor Kebersihan dan Pertamanan.Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, membutuhkan waktu,tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Menurut dia, pemerintah sebelumnya harus mempersiapkan sarana, seperti mesin daur ulang dan tenaga yang terampil di bidang pendaurulangan sampah. “Terakhir, jika memang memungkinkan, dibangun pula penyaluran hasil daur ulang sehingga hasilnya langsung bisa dirasakan masyarakat. Tidak sulit memang,tetapi perlu waktu, tenaga,dan biaya,”katanya. Ditemui di lokasi TPA Sungai Medang, staf Kebersihan Kantor Kebersihan dan Pertamanan Edward mengatakan, sementara waktu ini telah dilakukan daur ulang untuk jenis sampah organik,seperti sisa sayur-mayur yang ratarata sisa pembuangan yang berasal dari Pasar Inpres. Dia juga menjelaskan, Kantor Kebersihan dan Pertamanan sendiri memiliki beberapa tenaga muda terampil yang mampu mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk kompos.Selain itu,untuk pembuatan sampah kompos, tidak dibutuhkan biaya yang besar dan manfaatnya langsung dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. “Petugas kebersihan tinggal memilah-milah sampah, seperti sayur-mayur, untuk kemudian ditempatkan di satu tempat dan dilakukan proses pembuatan pupuk kompos,”paparnya. Dia menambahkan,sejauh inipupukkomposyangmereka buat belum begitu maksimal, hanya dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Pupuk tersebut belum bisa menggapaibisnisperkebunan, bahkan menjadi bisnis tambahan bagi petugas Kantor Kebersihan. Petugas kebersihan sendiri,kata dia,terus berupaya menjadikan proses daur ulang pupuk kompos sebagai produk yang dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) Kota Prabumulih. Sayangnya, lanjur Edward, sampai saat ini belum ada respons balik dari Pemkot Prabumulih untuk memberikan bantuan, seperti mesin daur ulang organik. “Sampah terkesan sangat sepele. Namun jika dilihat dari potensi yang ada, sampah dapat menampah PAD Prabumulih dalam jumlah besar,”ucapnya. Edward menjelaskan,jika dalam satu hari 135 kubik sampah masuk ke TPA yang rata-rata sampah organik berupa sisa sampah rumah tangga, berarti dalam satu bulan ada 4.050 kubik sampah organik yang dapat diolah dan dimanfaatkan. (erik okta subadra) Post Date : 07 Oktober 2008 |