Sampah di Sleman Tak Terangkut Setiap Hari

Sumber:Kompas - 28 Juli 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Sleman, Kompas - Sampah di pasar-pasar tradisional di Sleman pada umumnya tidak setiap hari diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara ataupun ke Tempat Pembuangan Akhir Piyungan. Untuk mencegah gangguan kesehatan dan lingkungan akibat sampah menumpuk dan memperbaiki pengelolaan sampah, DPRD Sleman saat ini menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah.

Di Pasar Sleman, misalnya, sampah di bak penampungan sampah tertutup di sisi timur pasar tidak setiap hari diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). "Sampah di sini hanya seminggu dua kali diangkut oleh petugas," kata Sumirah (50), pedagang yang berjualan di depan bak penampungan sampah, Jumat (27/7).

Akibatnya, bau yang ditimbulkan pun tidak sedap. Pada musim hujan, bau yang ditimbulkan bisa lebih parah, terlebih ketika kapasitas bak sudah berlebih dan sampah belum juga diangkut.

Menggunung

Menurut anggota Komisi B DPRD Sleman M Agus Mas'udi, sampah memang menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Sleman. "Di pasar-pasar tradisional, sampah sering menggunung karena tidak terangkut setiap hari. Bau dan pemandangan tidak sedap yang ditimbulkan dapat membuat masyarakat enggan berbelanja ke pasar tradisional. Padahal, pasar tradisional merupakan penopang hidup lebih dari 20.000 warga Sleman," tutur Agus.

Untuk memperbaiki pengelolaan sampah tersebut, DPRD Sleman tengah menyelesaikan Raperda tentang Pengelolaan Sampah sebagai revisi atas Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Persampahan.

Seperti dijelaskan Ketua Panitia Khusus Raperda Pengelolaan Sampah Endri Nugraha Laksana, raperda ini disusun untuk mendorong masyarakat, terlibat pada pengelolaan sampah secara mandiri, melalui kegiatan 3R atau reduce, reuse, dan recycle. "Selama ini pengelolaan sampah secara mandiri tersebut baru dilakukan di daerah tertentu saja, seperti di Banyuraden, Gamping, misalnya" kata Endri.

Ketika kegiatan ini dilakukan oleh semua masyarakat, produksi sampah Sleman pun dapat ditekan. Tahun 2004, TPA Piyungan mencatat Sleman memproduksi 1.500 meter kubik sampah per hari, dengan jumlah terangkut sebesar 112 meter kubik. Selain mendorong partisipasi masyarakat, raperda ini juga menyusun perbaikan aturan agar pemkab lebih proaktif mengelola sampah dan sanksi bagi mereka yang membuang sampah sembarangan dipertegas. (DYA)



Post Date : 28 Juli 2007