|
Bandung, Kompas - Sampah di Kampung Ampera, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, harus segera diangkut sebelum mencemari air tanah di lingkungan sekitar. Demikian dikatakan Ir Rudy Suhendar MSc, Kepala Seksi Geologi Lingkungan Regional, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, seusai meninjau kawasan longsor sampah di Kampung Ampera, pekan lalu. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), jarak permukaan tanah dengan air tanah sekitar tiga meter. "Sementara itu, jenis batuan di Kampung Ampera adalah batuan vulkanik, jenis tufa. Selain itu, tanah di daerah tersebut merupakan tanah gembur. Tanah gembur dan batuan tufa mudah diresapi air," ujar Rudy. Air sampah bisa membawa logam dan alkali yang berbahaya bagi tubuh. Dalam jangka waktu pendek, jika menggunakan air yang sudah tercemar air sampah yang mengandung logam atau alkali, orang akan merasa gatal di kulit. Dalam jangka panjang, efeknya lebih keras dari sekadar gatal-gatal. Namun, kata Rudy, ada kemungkinan karena sampah tidak terlalu tebal, air sampah sudah sering tercuci saat hujan turun. Meski demikian, untuk menyelamatkan air tanah di sekitarnya, sampah harus segera diangkut. Rudy juga menilai Kampung Ampera tidak layak untuk dihuni karena berada di sekitar lereng dengan jenis tanah gembur yang mudah longsor. Rawan longsor Rudy mengatakan, kemungkinan longsor akan terjadi lagi di daerah tersebut karena sudah tampak beberapa retakan di lereng bukit, terutama di bekas lereng yang pernah tertutup sampah. Untuk menghindari bencana longsor sampah, Rudy mengingatkan agar masyarakat tidak membuang sampah di lereng bukit atau lereng sungai, juga di daerah patahan yang biasanya ditandai dengan seringnya terjadi longsor. Membuang sampah di lereng berbahaya karena selain tanah lereng tidak stabil, sampah yang ditumpuk begitu saja juga tidak memiliki keseimbangan yang cukup. Akibatnya, bencana longsor sampah bisa terjadi. Kemiringan lereng yang ditumpuki sampah di Kampung Ampera mencapai 58 derajat dengan tinggi 50 meter hingga 70 meter. Daerah ini sangat gembur dan rawan longsor. Jika terguyur hujan, di lereng tersebut akan mudah terbentuk bidang-bidang gelincir yang mampu menggelindingkan material yang berada di lereng. Ditemui seusai menghadiri rapat koordinasi peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-50 di Gedung Sate, Bandung, Jumat (4/3), Wakil Gubernur Jawa Barat Numan Abdul Hakim mengatakan, dirinya sudah mengingatkan tentang kemungkinan adanya bahaya longsor di Kawasan Bandung Utara (KBU). Menurut Numan, KBU merupakan daerah resapan yang harus dijaga kelestariannya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memanggil Wali Kota Bandung Dada Rosada, Wali Kota Cimahi Itoch Tochija, dan Bupati Bandung Obar Sobarna, serta tim terkait lainnya untuk membahas mengenai tata ruang KBU yang lebih baik. "Seharusnya, pembangunan kawasan tersebut dilakukan secara sinergis, tidak sendiri-sendiri," katanya. Dada Rosada mengatakan, pihaknya tidak akan menghentikan rencana penghijauan yang telah dilaksanakan di kawasan Punclut. Menurut Dada, yang dihentikan selama 75 hari mendatang adalah pembangunan jalan yang menuju kawasan resapan tersebut. (Y09/mhd) Post Date : 07 Maret 2005 |