Sampah di Bali Belum Teratasi

Sumber:Koran Sindo - 04 Juli 2011
Kategori:Sampah Luar Jakarta

DENPASAR– Gubernur Bali Made Mangku Pastika kecewa melihat daerahnya tak kunjung selesai mengatasi masalah sampah.

”Sudah setahun lebih saya declareBali clean and green,tapi sampai hari ini tidak ada gerakan sehingga sampah masih menumpuk di mana-mana,” ujar Pastika seusai mengikuti Multistakeholder Meeting for Bali Green and Clean di Kuta akhir pekan lalu.

Kekecewaan Pastika disulut laporan Badan Lingkungan Hidup Bali yang mencatat sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) setiap hari masih mencapai 5.000–5.500 meter kubik. Jika digabung dengan sampah yang tidak terkelola di TPA,jumlahnya mencapai 10.000–15.000 meter kubik.

Sampah itu dihasilkan dari limbah rumah tangga, industri,pasar,dan sisa peralatan upacara adat di Pura. Menurut Pastika, tulisan Time berjudul ”Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes”yang sempat mengusik pariwisata Bali seharusnya menjadi tamparan keras untuk segera mengelola masalah sampah dengan baik.

”Tidak perlu marah kepada Time. Malah seharusnya kita marah kepada diri sendiri, ”sebutnya. Bali, kata Pastika, seharusnya juga malu karena sering menjadi tempat konferensi lingkungan hidup dan menghasilkan kebijakan kelas dunia, tapi tidak mampu mengatasi masalah lingkungan hidupnya sendiri.

”Mereka bisa menghasilkan Bali roadmap, tapi kita tidak pernah bergerak dan semua ditumpukan,”katanya. Pastika mengingatkan kegagalan Bali dalam mengelola masalah sampah akan menjadi ancaman serius bagi industri pariwisata. ”Satu-satunya jalan menyelamatkan Bali adalah menuju go green,”imbuhnya.

Karena itu,Pastika menyatakan, penegakan Peraturan Daerah (Perda) tentang Sampah yang baru saja disahkan Juni lalu akan dipaksakan secara keras. Dalam perda itu, pemerintah provinsi, kabupaten/ kota di Bali bertanggung jawab atas ketersediaan infrastruktur pengelolaan sampah, mulai dari tempat sampah hingga pengangkutan sampah.

Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta yang hadir dalam acara tersebut menyarankan, Bali segera membentuk bank sampah seperti yang sudah dilakukan sejumlah daerah.”Daerah yang sudah memiliki bank sampah mampu menurunkan volume sampah hingga 70%,”ungkapnya.

Gusti juga meminta Bali tidak hanya mengatasi masalah sampah dari hilir.Penerapan perda tanpa didukung dengan rangsangan berupa insentif bagi masyarakat seperti telah dilakukan dalam bank sampah akan sulit menggugah kesadaran untuk mengelola sampah. Di tingkat nasional, Gusti mengatakan, saat ini sedang disiapkan Peraturan Pemerintah (PP) atas UU Sampah yang baru saja selesai pembuatannya.

”Kita harapkan PP itu selesai bulan ini,”ujar Gusti. Kepala Badan Lingkungan Hidup Bali Anak Agung Alit Sastrawan mengatakan,pihaknya tengah merancang kegiatan yang berkaitan penanganan sampah yang melibatkan semua pihak. Penanganan sampah di Bali saat ini tengah diarahkan bagaimana membentuk mind set dan orientasi untuk pengurangan sampah dari tingkat hulu sampai hilir.

Terlebih dengan keterbatasan lahan yang ada serta kapasitas TPA yang semakin tidak mampu menampung volume sampah, perlu dukungan masyarakat untuk bisa mengelola sampah secara mandiri. Sastrawan menyebutkan, berdasar data,produksi sampah yang tidak terkontrol mencapai 15.000 meter kubik.

Sampahsampah tersebut berasal dari hulu sungai hingga ke hilir yang bermuara dilaut. ”Saat ini di Bali terdapat 2.766 tempat sampah dan 62 mobil truk sampah, namun jumlah itu tidak memadai karena kapasitas daya tampung sampah di TPA Suwung, Denpasar, hanya mampu menampung maksimal 5.500 kubik sampak per hari,”katanya. miftachul chusna



Post Date : 04 Juli 2011