|
Jakarta, Kompas - Sampah ternyata bukan hanya dapat diolah menjadi pupuk kompos atau semacamnya, tetapi juga bisa diolah untuk menghasilkan tenaga listrik. Bahkan, sampah di Jakarta yang diproduksi rata-rata 20.000 ton per hari tersebut dapat memproduksi energi listrik berdaya 100 megawatt dan memberikan pendapatan rata-rata Rp 320 miliar per tahun. Demikian dikatakan pakar bioenergi dari Yayasan Pengembangan Keterampilan dan Mutu Kehidupan Nusantara Jusri Jusuf di Jakarta, Senin (6/12). Dikatakan, sampah perkotaan yang organik pada dasarnya ialah biomassa (senyawa organik) yang dapat dikonversi menjadi energi melalui sejumlah proses pengolahan, baik dengan maupun tanpa oksigen yang bertemperatur tinggi. Energi yang dihasilkan berbentuk energi listrik, gas, energi panas dan dingin yang banyak dibutuhkan industri, seperti cool storage, gedung perkantoran, dan hotel. Termasuk pupuk untuk pertanian dan perkebunan. "Jika sampah tersebut homogen, seperti sampah perkebunan dan pertanian, maka produk yang dihasilkan dapat bertambah menjadi minyak diesel dan briket," kata Jusri Jusuf. Konsep sampah untuk energi itu, menurut Jusri, dapat menjawab dasar pertimbangan saat akan memutuskan jenis teknologi yang akan digunakan untuk mengubah sampah perkotaan menjadi produk yang bernilai jual. Kota besar yang produksi sampahnya dapat mencapai ratusan ton per hari harus memakai teknologi yang mampu memusnahkan sampah tersebut secara cepat, agar tidak terjadi penumpukan. Hal ini juga akan menghemat investasi dalam pemakaian luas lahan yang diperlukan. Mengingat besarnya anggaran biaya penanganan sampah dalam setiap tahun, harus dipakai teknologi yang mampu menghasilkan yield (imbal hasil) yang bernilai ekonomis tinggi. "Dengan demikian, memberi keuntungan," ujar Jusri Jusuf. Kini teknologi olah sampah menjadi energi listrik itu mulai dibangun di Medan. Proyek dari Yayasan Pengembangan Keterampilan dan Mutu Kehidupan Nusantara tersebut diharapkan selesai tahun 2005. Tentang sampah kota Jakarta, menurut Jusri Jusuf, jika dikelola menjadi energi listrik, sampah tidak perlu dibuang ke lokasi terdekat di Bekasi atau Bojong. Namun, langsung diangkut menuju lokasi industri pembangkit tenaga listrik yang berbasis sampah yang dibangun di sejumlah kawasan di Jakarta. Kalau sampah tersebut cuma dibuang ke Bojong, yang menikmati manfaat hanya perusahaan pengelola. Akan tetapi, jika diolah menjadi tenaga listrik, otomatis masyarakat Bojong pun tidak akan menolak sebab bisa menambah daya listrik di wilayah itu. "Jadi, sudah waktunya sampah di daerah diolah jadi energi listrik. Dengan begitu, krisis listrik yang dihadapi di berbagai daerah dapat teratasi. Tarif pun bisa murah," ujar Jusuf. (JAN) Post Date : 07 Desember 2004 |