|
SAMPAH memang selalu menimbulkan masalah. Kalau tidak tertangani dan diolah dengan baik, semua dibikin repot. Entah ibu-ibu rumah tangga, Ketua RT, sampai pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Seperti yang dialami warga Jl Talang, Jakarta Pusat. Sudah tiga hari sampah menumpuk di tempat sampah setiap rumah. Namanya sampah, pasti menebar bau tak sedap. Apalagi untuk sampah rumah tangga yang kebanyakan sampah basah. Hal itu jelas mengganggu penciuman. Menurut Yanti (38), biasanya sampah yang ditampung di depan rumahnya selalu diangkut setiap hari. Hal yang sama juga berlaku untuk seluruh warga Jl Talang. Mereka tidak perlu repot membuang sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di depan Masjid Matraman. Pasalnya, setiap hari sampah mereka selalu diangkut Sarif, tukang sampah yang ditunjuk dan dibayar oleh warga disitu. "Sarif itu orangnya rajin. Tiap pagi pasti sudah keliling ngangkut sampah warga di sini. Enggak biasanya dia biarin sampah sampai tiga hari begini," kata Yanti, kepada Pembaruan, di Jakarta, Kamis (11/6) pagi. Dia lalu menceritakan, biasanya Sarif mengangkut sampah setelah selesai shalat subuh. Itu sebabnya, warga Jl Talang selalu membuang sampah di depan rumah, saat malam hari. Tujuannya, supaya sampah bisa diangkat oleh Sarif besok paginya. "Biasanya Sarif sampai di rumah saya sekitar pukul 06.00 WIB. Ngakunya sih, dia ngangkut sampah warga disini setelah selesai shalat subuh sampai pukul 07.30 WIB. Paling telat jam delapan pagi. Soalnya dia harus ngantar sampah ke TPS sebelum truk sampah datang," kata Yanti. Karena sudah merasa terganggu dengan sampah yang menumpuk dan bau menyengat, Yanti dan warga sekitar lalu mendatangi Ketua RT. Mereka mengadukan tumpukan sampah yang mengganggu dan tidak terangkut. Dari Ketua RT, Yanti dan warga lainnya diberitahu bahwa Sarif tak bisa mengangkut sampah karena sakit. "Katanya, Sarif sakit demam berdarah. Sudah dirawat dua hari di rumah sakit," ujar Yanti. Warga lalu meminta Ketua RT mencari pengganti Sarif untuk sementara waktu. Pasalnya sampah rumah tangga mereka tak bisa dibiarkan terus menumpuk. Ketua RT memang menjanjikan dalam satu atau dua hari akan ada pengganti Sarif. Namun untuk sementara, warga diminta membuang sendiri sampahnya di TPS. Jadinya, warga Jl Talang dibikin repot. Ada yang memang langsung membuang sampah ke TPS. Tapi ada juga yang menyewa anak-anak untuk membuang sampah dengan memberi upah Rp 1.000 sampai Rp 2.000. "Mudah-mudahan Sarif cepat sembuh. Soalnya kalau terus-terusan bayar anak-anak untuk buang sampah, nambah biaya juga. Saya kan, sudah bayar iuran sampah Rp 15.000 tiap bulan," kata Yanti. Apa yang dikatakan Yanti menunjukan betapa Sarif sangat dibutuhkan warga Jl Talang, meski untuk hal sepele. Pekerjaan Sarif yang biasanya tidak dipedulikan warga, terasa begitu penting ketika sampah di rumah mereka kian menumpuk. Barang kali, hanya segelintir orang yang rela menjalankan pekerjaan seperti yang dilakukan Sarif. Saat warga lain masih tidur nyenyak, sembari memeluk guling, dia sudah berkutat dengan sampah yang bau dan kotor. Cuaca pagi yang dingin pun harus ditahankannya, apalagi saat musim hujan. Padahal, kerja kerasnya tidak membuat hidupnya lebih makmur dibanding orang lain. Semoga Sarif lekas sembuh seperti harapan Yanti dan warga Jl Talang tentunya. (J-9) Post Date : 11 Juni 2005 |