|
BLORA - Melalui tangan yang terampil dan kreatif, sampah pun bisa menjadi uang. Dengan sentuhan kreativitas serta unsur seni, sampah bisa menjadi souvenir maupun hiasan rumah yang menarik dan bisa dijual, bahkan sampai ke manca negara. Itulah yang diajarkan Teti Suryati, guru biologi SMAN 12 Jakarta. Di tangannya, sampah-sampah yang tidak berguna itu bisa menjadi barang berharga. "Kalau sampah organik kita jadikan kompos. Tapi kalau sampahnya non organik bisa kita jadikan suvenir yang indah untuk dipajang di rumah atau dijual," ujar Teti Suryati saat menjadi pembicara dalam acara workshop pengelolaan sampah berbasis sekolah yang diadakan oleh Institute for Reseach and Community Development Studies (IRCOS) Jakarta bekerjasama dengan ExxonMobil di Hotel Cepu Indah, Sabtu-Minggu kemarin. Peserta kegiatannitu adalah 24 guru sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyyah (MI) dari Blora, Bojonegoro dan Tuban. Kepada para guru tersebut, Teti mengatakan, sekolah merupakan salah satu tempat penghasil sampah, maka para guru harus mampu mengarahkan muridnya untuk bisa memanfaatkan sampah secara baik. "Sampah itu tergantung perlakuan kita. Kalau kita perlakukan dengan baik, kita kelola, maka bisa mendatangkan uang. Namun kalau kita biarkan saja maka bisa menjadi masalah di lingkungan kita," tambah duta lingkungaan hidup ini. Untuk merealisasikan gagasannya, Teti kemudian menciptakan alat pembuat kompos dari sampah (komposter) sangat sederhana. Alat tersebut, kata dia, berasal dari drum maupun ember bekas yang dimodifikasi dengan diberi alat pengaduk sampah secara sederhana. "Kalau memakai alat tersebut, anak-anak SD juga bisa membuat kompos. Lalu kompos itu bisa kita manfaatkan untuk menanam tanaman atau kita jual," ujarnya sambil memberi tahu bagaimana cara mengoperasikan alat tersebut. Para guru yang mengikuti workshop tersebut menyambut baik materi yang disampaikan. Menurut mereka, dengan cara yang sangat sederhana sebagaimana disampaikan Teti, mereka yakin bisa mempraktekkan cara mengelola sampah di lingkungan sekolah mereka. "Karena mudah dan sederhana, kami akan mencoba mempraktekkan di sekolah dengan cara melatih anak-anak," ujar Syaeroni, guru dari SDN Medalem 2 Kecamatan Kradenan. Ruslan Abdillah, Direktur IRCOS Jakarta mengatakan, selain acara tersebut, para peserta juga diberi materi tentang manajemen pengelolaan usaha kesehatan sekolah (UKS). "Karena sekolah dasar yang ada di lingkungan Blok Cepu rawan terhadap banjir, maka para guru bisa mengelola UKS jika bencana banjir menimpa sekolah mereka," ujarnya. (ono) Post Date : 12 Mei 2008 |