Sampah Biodiesel Sawit Bisa

Sumber:Kompas - 11 Juni 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Medan, Kompas - Sampah biodiesel sawit bisa diformulasikan menjadi bahan tambahan plastik yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan polymer, plastik yang dihasilkan bahan tambahan itu tidak membahayakan dan lebih elastis.

Hal itu disampaikan Sekretaris Program Studi Kimia Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Basuki Wirjosentono, Sabtu (9/6), di depan peserta The first International Graduate and Under Graduate Chemistry Conference 2007 di Medan.

Menurut Basuki, polymer itu bisa diperoleh dari proses pembuatan biodiesel berbahan baku minyak sawit. Dari proses itu, terdapat limbah gliserol kotor. "Gliserol inilah yang kemudian diolah menjadi bahan tambahan plastik," katanya.

Formula ini, kata Basuki, sangat memungkinkan dikembangkan di Sumut karena merupakan salah satu penghasil sawit terbesar di Indonesia. Selama ini plastik berbahan baku kimia yang sukar sekali teruai oleh alam. Sehingga, proses daur ulangnya tidak bisa dilakukan secepatnya dan sedikit banyak memengaruhi makanan yang disimpan di dalamnya. "Pengembangan formula ini juga sangat mungkin dari sisi ekonomi," kata Basuki.

Positif

Ketua Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Kimia Sekolah Pascasarjana USU, Muhammad Yusuf Hasibuan, mengatakan, konferensi internasional ini sangat positif untuk membuka kerja sama USU dengan dunia internasional, salah satunya dengan Auburn University, Belanda.

Salah satu pemakalah dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Eva M Ginting, menyampaikan metode product life-cycle analysis untuk meminimalisir limbah pada proses pengolahan sawit menjadi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Metode itu memetakan limbah CPO mulai dari awal proses hingga akhir. "Dengan metode ini, limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan CPO bisa diketahui menyeluruh," katanya.

Kepala Balai Besar Kimia dan Kemasan Departemen Perindustrian, Nursyamsu Bahar, mengatakan, hasil penelitian di sektor kimia belakangan cenderung meningkat, baik kualitas maupun kuantitas. Penelitian di daerah masih terbentur masalah sarana dan komunikasi. Akibatnya, banyak penelitian bagus yang belum banyak dimanfaatkan kegunaannya secara luas.

Untuk merangsang peneliti daerah, kata Nursyamsu, sejak tahun lalu pihaknya membantu mengurus hak paten ke Departemen Hukum dan HAM. (NDY)



Post Date : 11 Juni 2007