|
Jakarta, Kompas - Sebagian wajah Jakarta dan Tangerang hari Rabu (17/11) tampak kotor akibat sampah yang dibiarkan memenuhi badan dan tepi jalan. Karung dan kantong plastik berisi sampah terlihat di tepian jalan, trotoar, dan pasar. Sementara di kompleks sejumlah perumahan warga, sampah menumpuk selama lima hari dan tidak ada seorang petugas pun mengangkut sampah-sampah itu. Sejauh pengamatan Kompas, sampah di antaranya terlihat berserakan di badan jalan Jatibaru, sebagian Kebon Sirih, KH Mas Mansyur, KS Tubun, Palmerah Utara, Selatan hingga Barat, Pasar Minggu, sebagian kawasan Permata Hijau, Jatinegara, dan Blok M. Sampah yang berserakan di badan jalan terdiri dari plastik minuman kemasan, bungkus permen, rokok, sedotan, dedaunan kering maupun yang masih segar. Ada juga potongan kayu berukuran kecil, kertas, kain, dan plastik. Sampah juga terlihat bertumpuk di beberapa titik pada trotoar dan badan jalan KH Mas Mansyur dan Palmerah Utara, Selatan dan Barat. Sampah tersebut ada yang dimasukkan dalam karung dan kantong plastik. Sebagian besar sampah utuh berupa sayuran dan buah busuk dan layu, kardus, kayu, plastik, dan sebagainya. Sampah yang terlihat menumpuk di pasar-pasar dan belum diangkut petugas kebersihan pasar, seperti di Pasar Palmerah, Kebayoran Lama, Jatinegara, dan Senen. Di Tangerang, tumpukan sampah yang umumnya terdiri dari peti bekas buah-buahan di median Jalan Dewi Sartika hingga tikungan Jalan Juanda, Ciputat, Kabupaten Tangerang, mulai diangkut. Meski sudah berulang kali petugas mengerahkan truk berukuran besar, sampah masih tampak di sana-sini. Sejumlah warga menyebutkan persoalan sampah di kawasan Pasar Ciputat tampaknya tidak pernah mendapatkan solusi. Pihak Pasar Ciputat tampaknya kewalahan menyediakan lahan untuk tempat pembuangan sampah sementara. Akibatnya, hampir setiap malam pedagang sayur-mayur maupun buah-buahan dibiarkan menumpuk sampah di tepi dan di median jalan. Anehnya, kondisi menyesakkan itu dibiarkan terjadi berlarut-larut. Karena tidak tersedianya tempat sampah, petugas Dinas Kebersihan Kabupaten Tangerang cuma menghentikan kendaraannya di median jalan. Lalu, sejumlah petugas mengangkut sampah-sampah itu tanpa berusaha menyapu sisa-sisa sayuran dan buah-buahan yang berada di ruas jalan. "Coba bayangkan kalau Presiden Yudhoyono lewat sini, pasti petugas kebersihan cepat-cepat diturunkan untuk membersihkan. Pedagang kaki lima pasti dilarang jualan di trotoar tuh!" kata seorang sopir angkutan kota jurusan Pamulang-Ciputat. Sementara itu, Hellen (32), warga Jalan Gelora XI, mengeluhkan sampah di rumahnya sudah menumpuk. "Sudah lima hari sampah tidak diangkut. Mana bau dan banyak lalat lagi. Saya heran kok tidak ada petugas yang mengangkutnya. Apa semuanya pulang mudik?" keluh Hellen. Karyawati swasta itu baru pulang mudik. Namun betapa kaget dan kecewanya dia saat melihat sampah di rumahnya yang masih bertumpuk. Lalat tidak hanya mengerumuni sampah, bahkan masuk ke rumahnya. Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat Hasan Basri mengatakan, petugasnya telah menyisir untuk mengangkut sampah sejak pukul 08.00. "Memang petugas agak kesiangan membersihkan sampah. Jumlahnya juga sedikit dibanding hari-hari biasanya," ujar Hasan Basri menjelaskan. Ia mengatakan, tidak semua sampah dikelola oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan Suku Dinas Kebersihan di wilayah masing-masing. Sebagian sampah dikelola Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan Suku Dinas PU masing-masing wilayah. "Untuk sampah di pasar-pasar dikelola oleh pengelola pasar," jelas Hasan Basri. Ia pun menjelaskan, sampah pada malam takbiran meningkat menjadi 2.858 meter kubik. Ada penambahan 30 persen dari sampah pada umumnya pada hari biasa. Dalam catatan Kompas yang diperoleh dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2003, setiap hari Kota Jakarta menghasilkan 25.650 meter kubik atau lebih dari 6.000 ton (1 ton = 4 m) sampah organik dan anorganik. Dari jumlah itu, sampah yang tertampung hanyalah 88 persen atau sekitar 22.500 m. Berarti sisanya 3.150 m tidak terangkut dan diserahkan kepada masyarakat untuk menanggulanginya sendiri. Jumlah sampah tidak berbeda dengan kondisi tahun 2004 ini. Sementara itu, truk operasional Dinas Kebersihan yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta dari tahun ke tahun menurun. Pada tahun anggaran 1997/1998 terdapat 860 unit, tahun 1998/1999 turun menjadi 743 unit, 1999/2000 menjadi 728 unit, dan tahun 2000 tinggal 710 unit. (PIN/OSA) Post Date : 18 November 2004 |