|
BANDUNG (SINDO) – Permasalahan sampah dinilai menjadi salah satu yang menghalangi niat Kota Bandung untuk mendapatkan perhargaan Adipura sebagai Kota Terbersih tahun ini. Pasalnya,sampah merupakan masalah lingkungan yang hingga kini sulit terselesaikan di Kota Bandung.Ketua Koalisi Masyarakat Bandung Bermartabat (KMBB) Rahmat Jabaril mengaku pesimistis keinginan Pemkot Bandung meraih kembali Adipura bisa tercapai. Apalagi bila tidak dibarengi tindakan nyata dalam menangani masalah sampah. Menurut dia, menjadikan Bandung sebagai kota yang bersih tidaklah mudah dan tidak bisa dilakukan secara instan. “Melainkan harus dengan mengubah semua sistem yang ada, termasuk kebiasaan penduduknya agar lebih baik. Selama masalah sampah tidak dapat ditangani, maka akan sulit,” ujar Rahmat Jabaril saat ditemui di Gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Aceh,Kota Bandung, kemarin. Menurut Rahmat, yang terpenting dan harus menjadi prioritas penyelesaian soal kebersihan dan lingkungan adalah masalah persampahan. Saat ini,Kota Bandung tidak punya tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang mampu memuat semua buangan sampah yang diproduksi warga Kota Bandung. Selain soal sampah,lanjut dia, masalah pencemaran lingkungan,termasuk pencemaran udara juga menjadi salah satu hal yang cukup memprihatinkan. “Banyaknya jumlah kendaraan di Kota Bandung yang sudah mulai tidak seimbang dengan jumlah penduduk tentunya membuat polusi udara sangat tinggi. Menurut saya, sekalipun banyak dana dikucurkan untuk membersihkan Kota Bandung, tidak lantas menjadikan Kota Bandung mudah meraih Piala Adipura,”ucap Rahmat. Anggota Panitia Anggaran (Panggar) DPRD Kota Bandung Teddy Rusmawan mengatakan, tidak ada alasan Kota Bandung tidak meraih Piala Adipura karena sudah cukup banyak biaya yang dikucurkan untuk membersihkan kota. “Dana yang sudah disiapkan juga sebagai stimulus untuk upaya memperolehAdipura,” tandasnya. Diberitakan sebelumnya, DPRD Kota Bandung mengalokasikan hampir Rp1 miliar untuk bidang lingkungan hidup dalam meraih gelar Kota Terbersih tersebut. Untuk membangun jalur khusus sepeda saja disiapkan dana Rp250 juta, penataan dan penilaian Program Biru langit sebesar Rp200 juta, peningkatan sosialisasi kepada masyarakat sebesar Rp100 juta, Program Kali Bersih Rp 170 juta, dan untuk koordinasi dan penilaian Piala Adipura Rp300 juta. Teddy menilai, Piala Adipura merupakan satu pencitraan suatu kota terhadap keseriusan pemerintahannya dalam menjadikan kotanya bersih. Selama ini,Kota Bandung masih tidak serius dalam menanggulangi masalah kebersihan ini.“Dengan dana kebersihan lingkungan yang demikian besar, seharusnya Pemerintah Kota Bandung lebih serius dalam menangani kebersihan untuk mendapatkan Piala Adipura,” ucapnya. Sementara, aktivis Walhi Jabar Dadang Sudardja menilai, yang harus dikerjakan Pemkot Bandung adalah substansi untuk kebersihan lingkungan, bukan sekadar memperoleh Piala Adipura. Menurut dia, keinginan memperoleh Adipura harus disertai dengan kebijakan yang pro terhadap rakyat dan lingkungan. “Hal ini akan berhasil apabila pemerintah memiliki kemauan politik yang kuat dengan mengajak peran serta dari berbagai stakeholder lainnya,” kata Dadang beberapa waktu lalu. Menurut dia, Adipura tidak mungkin diraih jika upaya dilakukan hanya perencanaan. Hingga kini, Bandung masih diselimuti berbagai persoalan, seperti tidak adanya masterplanpeta drainase, kawasan Punclut terus dibangun, masalah Babakan Siliwangi yang tidak kunjung selesai,manajemen transportasi yang buruk, kemacetan, dan sebagainya. “Pemkot berhak mengeluarkan regulasi terkait pengelolaan sampah dan lingkungan sekitar. Ini harus dibarengi dengan peningkatan infrastruktur, seperti tong sampah, kendaraan yang baik, serta pelatihan dan kampanye yang intensif.Kemudian perbaikan lingkungan seperti drainase,” tuturnya. (wisnoe moerti) Post Date : 25 Februari 2009 |