|
BANDUNG, (PR). Longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti mengakibatkan penumpukan sampah di sebagian besar tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Bandung. Pasalnya, jumlah ritasi pengangkutan sampah dari TPS berkurang hingga lebih dari 50%. Direktur PD Kebersihan, Drs. Awan Gumelar mengatakan, biasanya ritasi pengangkutan sampah dari Kota Bandung mencapai lebih dari 250 rit/hari. Akan tetapi, sejak kejadian longsor, terutama pada hari Kamis (26/4) dan Jumat (27/4), sampah yang terangkut hanya kira-kira 130 rit. Laporan pengangkutan sampah pada Sabtu (28/4), mencapai 137 rit yang diangkut dengan 75 armada truk, ujar Awan, ketika ditemui di sela-sela peresmian Taman Karya Abdi Negara di kompleks perkantoran Pemkot Bandung di Jln. Cianjur, Kota Bandung, Minggu (29/4). Selain itu, lanjut dia, longsor juga menyebabkan kerusakan armada truk hingga dua kali lipat. Semula jumlah truk yang rusak sebanyak 10 uniy, pada awal April menjadi 20 unit. Berdasarkan pemantauan PR, penumpukan sampah terjadi di TPS-TPS besar di Kota Bandung, seperti di Tegallega, Ciroyom, Palasari, dan Cibeunying. Penumpukan terbesar terjadi di TPS Tegallega. Menurut Kabid Operasional Wilayah Bandung Selatan PD Kebersihan Kota Bandung, Iwan Setiawan, pengangkutan sampah dari TPS terbesar di wilayahnya itu biasanya mencapai 5 rit/hari yang mengangkut kira-kira 65 m3 sampah. Karena longsor di TPA Sarimukti, sampah yang terangkut dari TPS Tegallega hanya kira-kira 13 sampai 26 m3/hari atau sekitar 1 sampai 2 rit/hari. Akibatnya, terbentuk gunungan sampah di TPS seluas 650 m2 itu. Iwan mengatakan, pihaknya membutuhkan setidaknya 15 rit pengangkutan agar sampah tidak menumpuk. Antisipasinya, kami tetap mengangkut sampah sampai malam hari, katanya. Belum dipindah Sementara itu, area buang sampah di TPA Sarimukti belum juga dipindah meski titik longsor sampah pada Rabu (25/4) berada di lokasi tersebut. Pengerasan landasan dan area manuver mobil sampah belum dilakukan sehingga lapisan lumpur pekat makin menebal. Persiapan area landasan baru yang berjarak 50 m ke arah barat titik semula, belum selesai sehingga belum bisa dipindahkan dari lokasi rawan longsor. Sekretaris Desa Sarimukti Kec. Cipatat Kab. Bandung Opan Sopandi mengatakan, meski titik buang sampah dipindah, jika tidak ada penataan secepatnya, musibah longsor bisa kembali terjadi. Karena penataan lambat, sementara proses buang sampah terus dilakukan. Akibatnya, musibah longsor sampah tak bisa dihindari, katanya. Warga meminta agar Pemprov Jabar segera memberi kepastian penataan TPA Sarimukti. Jika itu tidak dilakukan, lebih baik TPA ditutup sementara untuk menyelamatkan lingkungan Sarimukti, ujar Opan menambahkan. Menurut Presidium Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH) Indra Perwira, selama pandangan tentang TPA merupakan lokasi pembuangan sampah, musibah longsor akan terus terjadi. Pengertian membuang tidak akan pernah cukup. Pendekatan itu harus diubah dengan tempat pengolahan sampah sehingga sampah yang datang diolah dengan berbagai cara tanpa merusak lingkungan, katanya. Selain itu, lanjut dia, mengurangi produksi sampah dari hulu (rumah tangga dan industri) mutlak perlu dilakukan. Juni mendatang, RUU Persampahan akan segera dibahas di DPR RI, di antaranya memuat pasal keharusan mengolah sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Sampah kebanyakan berasal dari perkotaan. Di tingkat pemerintah kota, harus berani membuat regulasi yang mensyaratkan sampah yang diproduksi harus ramah lingkungan. Termasuk, sampah yang mudah didaur ulang, ujarnya. (A-156/A-158) Post Date : 30 April 2007 |