|
JEPARA- Masalah penanganan bencana banjir dan keterbatasan cadangan air untuk kebutuhan pertanian menjadi isu sentral dan keluhan nomor satu bagi para petani yang menggarap sawah di dataran rendah di Jepara. Keluhan para petani itu terungkap dalam dialog interaktif antara petani, DPRD, dan dinas terkait di Balai Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, kemarin. Dalam kesempatan itu hadir puluhan petani desa setempat, Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Sunarto, Wakil Ketua Komisi D Bidang Pembangunan Kholis Fuad, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Ir Sihana MSi, dan Kabid Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Njarji ST. Sholihin, salah seorang petani mengungkapkan, Kecamatan Pecangaan, Kalinyamatan, dan Kedung adalah tiga dari beberapa kecamatan di Jepara yang secara geografis termasuk dataran paling rendah. Banjir menjadi keluhan rutin para petani di saat musim hujan, sedangkan sulitnya mendapatkan cadangan air irigasi menjadi malapetaka para petani di musim kemarau. ''Masalah ini menjadi pembicaraan rutin yang sampai sekarang belum tuntas penanganannya,'' katanya. Dia mencontohkan, di Kecamatan Pecangaan areal pertanian luasnya 700 ha lebih. Dari luasan itu 390 ha ada di Desa Karangrandu. Jika banjir bandang melanda, desa tersebut termasuk menjadi korban. Banjir pada Minggu (16/1) lalu seluas 300 ha tanaman padi terendam yang menyebabkan sebagian puso. Mengenai masalah itu, dia mengusulkan agar saluran pembuangan air di Desa Kaliombo yang ada dari Kali Penggung ke Kali Kenceng dan ke SWD II bisa dilebarkan. ''Saluran pembuangan air hanya sekitar satu meter, idealnya sekitar empat meter. Jika tidak dilebarkan limpasan air dari beberapa sungai, ditambah matinya fungsi saluran pembuangan Kali Serang sepanjang 1,5 km yang bertemu dengan Kali Gondang bisa mengancam tanaman padi,'' katanya. Saat musim kemarau, cadangan air dari Bendung Pecangaan juga terbatas. ''Mestinya bisa mencukupi, jika kemarau tidak terlalu panjang.'' Selain itu, dia menyayangkan oknum-oknum yang seenaknya membendung air di saluran untuk kepentingan pribadi. ''Mereka adalah 'rayap-rayap' sungai yang harus ditertibkan,'' tegasnya. Hadi Mulyono, tokoh petani desa setempat menyoroti masalah pola tanam dari petani yang masih membutuhkan penyuluhan dari dinas terkait, termasuk masalah SDM petani yang perlu ditingkatkan. Menengarai masalah penanggulangan banjir, Njarji ST menyatakan saat ini yang sedang direalisasikan adalah mengeruk Kali Pecangaan dan meninggikan tanggulnya yang beberapa waktu lalu airnya melimpas. ''Kami ke depan juga masih akan melanjutkan program normalisasi beberapa sungai yang menjadi titik rawan, karena menghambat pembuangan air,'' katanya. Soal pembuangan air di Desa Kaliombo, ujarnya, masih akan menunggu perubahan anggaran. Dinasnya telah merencanakan penanganan masalah tersebut. Dia juga mengakui sulitnya mendapatkan cadangan air di musim kemarau untuk daerah-daerah dataran rendah, bahkan sekarang dataran tinggi juga susah. Bendung Pecangaan, menurutnya, masih menjadi satu-satunya cadangan yang bisa diharapkan. Meskipun, kalau untuk pengairan padi tiga kali setahun masih dirasa kurang. Soal SDM dan pola tanam Ir Sihana, Sunarto, dan Kholis Fuad mengimbau para petani untuk selalu kompak. Pemerintah akan selalu memberikan penyuluhan. (mds-90s) Post Date : 15 Februari 2005 |