|
KLATEN - Sepanjang 338.800 meter saluran irigasi di seluruh wilayah Kabupaten Klaten mengalami kerusakan ringan dan berat. Hal itu, menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian di wilayah tersebut kesulitan mendapatkan air, terutama pada musim kemarau. ''Total panjang saluran irigasi di Klaten adalah 521.498 meter; tapi jumlah itu tanpa saluran tersier. Sebanyak 182.698 meter dalam keadaan baik, dan 338.800 meter dalam keadaan rusak,'' kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten, H Soekemi ST MM, Selasa (14/2). Sebagian saluran irigasi di Klaten, telah dipenuhi endapan lumpur, sehingga air dari hulu tak bisa lagi mengalir dengan baik. Sebagian pemakai tak mau mengeruk endapan yang menganggu aliran air ke sawahnya. Tapi, ada juga yang mau membersihkan. ''Kerusakan saluran irigasi, salah satu sebabnya adalah karena umur bangunan yang sudah tua atau bangunannya tidak permanen dan telah terkena erosi. Akibatnya, air tidak dapat mengalir dengan baik, sehingga petani kesulitan mendapatkan air,'' kata Soekemi. Dia menambahkan, selain sebab teknis, kerusakan saluran irigasi juga disebabkan oleh kurangnya perawatan. Kurangnya perawatan itu, bisa diakibatkan oleh keterbatasan dana, tapi juga bisa karena para pemakai tidak ikut merawat saluran yang digunakannya. ''Kerusakan saluran irigasi, terjadi merata di seluruh wilayah Klaten. Sebagian di antaranya sudah diajukan proposal permohonan perbaikannya. Tahun ini, belum semua kerusakan yang dilaporkan bisa diperbaiki, karena keterbatasan dana,'' ujarnya. Pada tahun anggaran 2005, Pemkab telah mengalokasikan dana Rp 6 miliar untuk memperbaiki sarana irigasi, mulai dari bendungan, talud sungai, sampai dengan saluran irigasi primer dan sekunder. Saat paparan rencana pengembangan pabrik air minum kemasan di DPRD Klaten, Sabtu (12/2) lalu, Wakil Ketua DPRD, Drs Anang Widayaka dan Vice President PT Tirta Investama, Wiily Sidharta mengatakan sulitnya air diduga karena rusaknya saluran irigasi. Ketika ditanya soal dugaan bahwa kerusakan saluran irigasi menjadi penyebabnya, Soekemi mengatakan kemungkinan itu bisa saja terjadi. ''Berkurangnya air di daerah hilir, bisa saja karena sumber air di hulu mengecil. Bisa juga karena saluran airnya rusak. Tapi ada sebab lain, yakni pola tanam yang tidak teratur, sehingga pembagian air tidak merata,'' katanya.(F5-20a) Post Date : 15 Februari 2005 |