|
SUPIAH siap-siap akan mengangkat dan menyunggi jerigen. Perempuan warga Dusun Tekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang itu baru saja mengambil air dari Kali Grenjengan. Setelah jerigen berkapasitas 20 liter penuh terisi air, ibu muda itu langsung meninggalkan sungai. Napasnya terdengar ngos-ngosan saat menyusuri jalan menuju rumah. Meski bukan pekerjaan baru, mengambil air dari Kali Grenjengan terpaksa dia lakukan dalam tiga hari terakhir. Bersama warga yang lain, dia mengambil air dari kali yang berada di bawah dusun, sejauh kurang lebih satu kilometer. ''Mau bagaimana lagi. Saya harus mengambil air di kali. Kalau tidak, mau ambil di mana lagi,'' ujarnya. Namun dia memastikan, kondisi air kali layak untuk dikonsumsi, karena sangat jernih. Wanita itu lantas menyusuri jalan setapak yang menanjak. Kadang-kadang jalannya mendatar, lalu menanjak lagi. Setelah berjalan kurang lebih setengah jam, dia pun sampai di rumah. ''Pipa di Sumber Klanting putus karena terbakar. Jadi air nggak mengalir sampai bawah,'' tutur dia sambil menaruh jerigen di teras rumahnya. Belum sampai masuk rumah, muncul tetangganya, Pasidi. Laki-laki itu membawa dua jerigen kosong. Dia hendak ke Kali Grenjengan. ''Mau ambil air. Di bak mengalirnya kecil sekali jadi harus ambil air sebanyak-banyaknya,'' ujar dia saat ditanya Suara Merdeka. Kisah kedua warga itu, merupakan gambaran aktivitas warga Dusun Tekelan akhir-akhir ini, setelah hutan di puncak Gunung Merbabu terbakar. Mereka harus berjalan naik turun bukit untuk mendapatkan air. Kondisi itu diakui Paidi Mujiono, Ketua RW 17, Dusun Tekelan. Karena pipa putus, warga harus mencari sumber alternatif lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih. ''Pada Sabtu (26/8) lalu, saat ada laporan puncak Merbabu terbakar, warga sudah menduga pipa air dari Sumber Klanting pasti putus. Ternyata benar, esok harinya (Minggu-Red), air sudah tidak mengalir,'' ungkap dia. Minta Bantuan Air Sampai sekarang, kurang lebih 180 kepala keluarga harus mencari air di Kali Grenjengan. Untuk memulihkan kondisi seperti semula, diperlukan waktu paling tidak dua minggu. Sumber Klanting berada di sebelah selatan Pos IV Puncak Pemancar, salah satu petak hutan Gunung Merbabu yang arealnya terbakar. Warga Tekelan yang sebagian besar petani, sengaja memilih mata air itu lantaran debitnya besar. Air bisa mengalir sampai Dusun Tekelan sepanjang lima kilometer. Saluran penghubung dibangun pun warga empat tahun yang lalu. Menurut Paidi, saluran dibuat warga setelah menerima bantuan dari Pemkab Semarang. Sambil menunggu perbaikan saluran, dia berharap pemerintah bisa segera memberikan bantuan air. Sebab selain untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, air juga dibutuhkan warga untuk merawat ternak mereka. (Dicky Priyanto-60m) Post Date : 31 Agustus 2006 |