|
Jakarta, Kompas - Banjir di Jakarta yang terjadi setiap tahun bukan hanya disebabkan luapan 13 sungai besar, tetapi juga tersumbatnya sebagian besar saluran air mikro sampai kolektor. Di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, ratusan kilometer drainase kolektor tersumbat. Penyumbatan itu sering memicu banjir pada kawasan-kawasan di sekitarnya. Kepala Suku Dinas Pengairan Jakarta Barat R Heryanto mengatakan, di wilayahnya terdapat 350 kilometer drainase penghubung atau kolektor yang tersumbat bangunan setelah dirambah warga untuk membangun tempat tinggal, toko, atau warung. Sebagian tertutup sampah. ”Lahan yang seharusnya digunakan untuk saluran ternyata ditutup warga dan dijadikan permukiman dan toko,” kata Heryanto di sela-sela pembongkaran permukiman yang menutupi saluran sepanjang 200 meter di Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (9/10). Permukiman dan toko yang dibongkar itu menutupi saluran air dari kawasan sekitarnya ke Kali Sekretaris. Penutupan saluran itu menyebabkan kawasan di sekitarnya selalu tergenang jika turun hujan deras. Menurut Heryanto, baru sekitar 27 persen dari total saluran penghubung yang sudah direvitalisasi. Sisanya tidak berfungsi. ”Kami akan tertibkan untuk mengantisipasi banjir,” ujarnya. Dia mengatakan, ada sekitar 200 saluran kolektor atau penghubung di wilayah Jakarta Barat. Saluran kolektor berfungsi menghubungkan pembuangan air dari kawasan hunian ke sungai. Kerusakan saluran penghubung mengakibatkan air tidak mengalir sehingga terjadi banjir. Saluran penghubung memiliki lebar sekitar empat meter dan kedalaman hingga dua meter. Total panjang saluran penghubung yang ada mencapai 500 kilometer di Jakarta Barat. Kusuma, warga RT 05 RW 04 Kelurahan Kedoya Utara yang mendirikan bangunan di atas saluran penghubung, dengan sukarela membongkar kamar mandi dan bangunan permanen lain. ”Kami sudah tahu akan ada penertiban dan memutuskan untuk membongkar sendiri,” kata dia. Sejumlah toko, bengkel, rumah, hingga fasilitas publik seperti posyandu dan pos RW juga dibongkar. Sebagian bangunan yang didirikan di atas saluran penghubung dibangun dengan beton tebal sekitar setengah meter sehingga menyulitkan pembongkaran. Wakil Camat Kebon Jeruk Hendra Hidayat mengatakan, fasilitas umum, seperti posyandu dan pos RW, juga akan ditertibkan. Saluran yang tersumbat di Kedoya Utara mengakibatkan banjir kerap melanda tiga rukun tetangga (RT) di wilayah itu. Di Jakarta Utara, saluran gendong Kali Sunter di depan Mal Artha Gading tidak pernah difungsikan. Tidak ada pengerukan dan pembersihan atau peningkatan kapasitas saluran itu. Tahun lalu, ketika musim banjir datang, genangan air di sini tidak segera surut karena tidak ada saluran pembuangnya. Drainase di Jalan RE Martadinata serta permukiman padat di Lagoa, Semper Barat, dan Semper Timur, Rawa Badak Utara, dan Kebon Bawang hingga Warakas tersumbat di banyak tempat. Hanya sedikit saluran yang bersih setelah dikerjakan secara swadaya oleh warga sekitarnya. Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widiantoro mengatakan, setiap Suku Dinas Pekerjaan Umum di kelima kota diberi anggaran sekitar Rp 50 miliar untuk program antisipasi banjir. Dana tersebut dapat digunakan untuk pembersihan saluran dari sumbatan sampah, pembangunan saluran mikro dan kolektor yang baru, serta kegiatan lain untuk menekan risiko banjir. ”Dana untuk revitalisasi saluran dapat digunakan secara swakelola oleh setiap suku dinas agar lebih efektif. Pembersihan tidak dapat dilelang karena lokasinya dapat berubah setiap saat, bergantung pada pergerakan sumbatan sampah,” kata Budi. Pembersihan dan revitalisasi saluran drainase mikro dan kolektor sudah dilakukan sejak bulan lalu dan terus dilakukan sampai pertengahan Desember. Adapun pengerukan 12 anak sungai dilakukan akhir Oktober. ”Minggu ini pemenang lelang proyek pengerukan sungai diumumkan. Pengerukan itu akan selesai pada pertengahan Desember,” kata Budi. (ECA/ONG/CAL) Post Date : 10 Oktober 2008 |