Saluran Air di Kota Perlu Diperbaiki

Sumber:Kompas - 18 Maret 2008
Kategori:Drainase
Semarang, Kompas - Banjir di Kota Semarang beberapa waktu lalu, selain diakibatkan curah hujan yang tinggi juga diakibatkan saluran air, polder, pompa, dan pintu air tidak bisa bekerja maksimal. Kerugian sistem pengairan akibat banjir yang melanda Kota Semarang pada bulan Desember-Februari sebesar Rp 4 miliar.

"Pompa dan pintu air di seluruh aliran air di Kota Semarang banyak yang perlu diperbaiki," kata Kepala Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Fauzi saat ditemui Kompas, Senin (17/3).

Beberapa pintu air yang perlu diperbaiki tersebut berada di Polder Kali Banger, Banjir Kanal Barat, Bulu Drain, Kota Lama, Polder Tawang, dan Manggis. Pompa yang rusak berada di Bulu Drain, Kalibaru, Tawang, Manggis, Bandarharjo, Citarum, dan Kartini.

Menurut Fauzi, Bandarharjo merupakan wilayah banjir terparah karena ada sekitar lima titik pompa yang rusak. Kerusakan itu antara lain disebabkan oleh curah hujan tinggi. Selain itu, banjir membawa banyak sampah yang menimbulkan sedimentasi. Banyaknya debit air dan penumpukan sampah merupakan pemicu terjadinya korsleting di pintu- pintu air dan pompa.

"Meskipun begitu, pintu air dan pompa harus tetap dioperasikan setiap hari. Perbaikan yang dilakukan saat ini hanya bersifat darurat dan selesai dalam waktu cepat," kata Fauzi.

Perbaikan ini bisa berlangsung setiap hari di pintu air dan pompa di polder yang sama, karena setiap hari sampah dan sedimentasi bisa menyumbat pompa dan mengakibatkan korsleting.

Sedimentasi akibat penumpukan sampah, kata Fauzi, harus dibersihkan setiap hari karena menyebabkan pendangkalan sungai yang jika dibiarkan bisa menyebabkan banjir kembali bila terjadi hujan deras. Oleh karena itu, setiap hari petugas DPU harus membersihkan sampah di setiap polder dan daerah aliran sungai.

"Padahal, sampah bisa datang kembali dalam hitungan jam. Pagi dibersihkan, siang datang lagi," kata Fauzi.

Menurut Fauzi, hal itu juga disebabkan Kota Semarang bagian bawah tidak bisa menampung air dari kota bagian atas. Padahal, sekitar 60 persen wilayah Semarang berada di dataran tinggi sehingga kota bawah yang hanya 40 persen dari total luas Semarang tidak dapat menampung sampah dan air.

Saluran air yang biasanya dipenuhi sedimentasi sampah antara lain ada di daerah Sriwijaya, Kintelan, Kali Banger, Kali Semarang, Kali Bringin, Kali Banjir Kanal Timur, Kali Banjir Kanal Barat, dan Kali Babon.

"Belum lagi masalah Kali Tenggang yang belum bisa diatasi, karena hingga normalisasi belum berjalan," kata Fauzi. Selama Kali Tenggang belum dinormalisasi dan dilebarkan, banjir di daerah Kaligawe akan berlangsung terus. (A08)



Post Date : 18 Maret 2008