Sahabat Sampah Ala RW 06 Cibiru Kota Bandung

Sumber:Pikiran Rakyat - 05 Juli 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BERSAHABAT dengan sampah? Kenapa tidak! Kepedulian lingkungan bisa dimulai dengan bersahabat dengan sampah. Caranya? Bermacam-macam, seperti yang dikembangkan di RW 6 Kel. Palasari, Kec. Cibiru, Kota Bandung. Di sana sudah dikembangkan berbagai kegiatan untuk mendekatkan warganya dengan lingkungan, misalnya penghijauan, bank sampah serta pemilahan sampah.

Tidak mudah membawa berbagai kegiatan lingkungan menjadi bagian hidup warga. "Kita membuat kampanye sahabat sampah. Tujuannya mengedukasi warga agar peduli dengan lingkungan. Dengan begitu, akan lebih mudah menjalankan berbagai kegiatan lingkungan," kata Rudy Rudolf, salah seorang warga yang menjadi koordinator Bandung Green and Clean di RW 6 Kel. Palasari, Kec. Cibiru.

Berbagai kampanye itu dilakukan di berbagai media, misalnya dengan spanduk-spanduk imbauan dan peringatan yang dipasang di setiap RT. Selain itu, juga melukisi tembok di RW tersebut dengan berbagai pesan lingkungan. "Pesannya berbeda-beda di setiap RT. Pesan itu sesuai dengan kelemahan di setiap RT itu. Misalnya RT yang kurang penghijauannya, pesan di tembok itu berkaitan dengan penghijauan," tuturnya.

Tidak hanya untuk warga, kampanye sahabat sampah juga dilakukan oleh sekolah yang berada di lingkungan RW 06. Sekolah juga membuat kampanye sahabat sampah demi tercapainya kesadaran lingkungan di sekolah. "Sekolah perlu kami ajak serta, sebab mereka juga bagian dari masyarakat yang tinggal di RW 06," katanya.

Biaya kampanye ini diperoleh dari penyisihan dana oleh berbagai organisasi kemasyarakatan di RW 06, seperti RT dan RW, PKK, dan karang taruna. Dana tersebut juga diperoleh dari pemberdayaan masyarakat. "Warga membuat pot tanaman. Pot-pot tersebut kemudian dijual, hasilnya untuk menambah dana untuk berbagai kegiatan lingkungan kami," katanya.

Berbagai kampanye lingkungan itu berbuah manis. Warga kini sudah mengembangkan berbagai kegiatan lingkungan. Salah satu kegiatan yang telah berjalan baik ialah bank sampah yang dikelola ibu-ibu dari RW 06. Di sepanjang jalan di wilayah RW 06 pun kini sudah tersedia tong-tong sampah untuk sampah organik dan anorganik. "Tong-tong sampah ini untuk menampung sampah-sampah yang sudah tidak bisa diterima oleh bank sampah. Jadi jumlahnya tidak banyak," kata Lina Mubaidi, manajer bank sampah.

Sampah-sampah organik pun kini sudah mulai dimanfaatkan menjadi kompos. Tidak heran jika jumlah produksi sampah di RW itu semakin berkurang. Data yang terkumpul, pada 2008 sampah yang terkumpul sebanyak 3,71 ton/bulan. Berkurang menjadi 2,97 ton/bulan pada 2009. Data terakhir hingga Juni 2010, produksi sampahnya 2,6 ton/bulan.

"Kemajuan yang kami capai ini hanya bisa diraih dengan kekompakan warga. Kami bertekad menjadikan lingkungan kami ini lestari. Seperti moto kami, ’Hejo euy, resik euy’," kata Rudy.

Meski kegiatan lingkungan di RW 06 tampak sudah mapan, prosesnya tidak selalu mudah. "Lebih mudah membuat kompos dalam skala besar dibandingkan dengan dalam skala rumah tangga," kata Rahmat Hidayat (61), salah seorang pelopor pengomposan di RW 6.

Pembuatan kompos skala rumahan sering tidak langsung berhasil. Apalagi, sampah organik rumah tangga komposisinya tak selalu sama. Sering bahannya berasal dari jenis yang berbeda. Inilah yang sering membuat pengomposan tidak selalu berhasil. Kegagalan itu sering mematahkan semangat.

"Makanya saya sarankan, pengomposan itu pun dipahami prosesnya. Dengan demikian, ketika gagal kita bisa pelajari, apa yang membuat gagal dan mencobanya terus," katanya.

Ia meyakini, kesadaran dan kepedulian lingkungan tidak akan berhasil jika hanya disuarakan melalui spanduk. "Kita harus memberi contoh. Kalau sudah melihat contoh, orang akan lebih mudah terdorong untuk mengikuti. Disertai komunikasi yang membangun. Yang gagal bisa belajar pada yang berhasil, di situ ada pembelajaran," tuturnya. (Catur Ratna Wulandari/"PR")



Post Date : 05 Juli 2010