Saatnya Air Hujan Ditampung

Sumber:Pikiran Rakyat 22 Mei 2009
Kategori:Air Minum

BANDUNG, (PR).- Pemerintah Kota Bandung harus mendorong gerakan pemanenan air hujan (rain water harvesting) sebagai salah satu upaya jangka pendek mengantisipasi berkurangnya air baku di Kota Bandung sekitar tahun 2012.

Peneliti Pusat Penelitian Sumber Daya Air dan Lingkungan (PPSDAL) dan Sekretaris Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Chay Asdak mengatakan, jika diperhatikan, air yang digunakan masyarakat tidak seluruhnya untuk konsumsi (minum dan memasak), tetapi ada yang digunakan untuk menyiram tanaman, mencuci pakaian, dll. Bahkan, untuk keperluan tersebut dibutuhkan air dalam jumlah banyak.

Padahal, ujar Chay, menyiram tanam tidak perlu air dengan kualitas PDAM, tetapi cukup air hujan. Jika air hujan ditampung di satu bak penampung di bawah tanah, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan di luar konsumsi. Dengan demikian, air hujan yang jatuh tidak lagi dibiarkan mengalir tanpa dimanfaatkan.

"Ini yang dikatakan memanen air hujan. Sebenarnya ini merupakan kebiasaan turun-temurun. Dulu, di setiap rumah, di bawah talang air selalu ada bak, ember, atau drum untuk menampung air. Nah, ini prinsipnya sama," ujar Chay di Lembaga Penelitian Unpad, Jln. Cisangkuy, Bandung, Selasa (19/5).

Chay menambahkan, gerakan itu lazimnya dilakukan di daerah dengan curah hujan kurang dari 700 milimeter per tahun, misalnya di Afrika atau Indonesia bagian timur. Di daerah tersebut, masyarakat perlu menyimpan air untuk memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau.

Namun, Chay menjelaskan, untuk Kota Bandung, gerakan itu sebagai upaya jangka pendek mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan air baku yang mengancam persediaan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung tahun 2012 mendatang.

"Jika gerakan tersebut dilakukan secara bertahap, ketergantungan suplai air dari PDAM dan penggunaan air tanah dapat dikurangi. Diperkirakan sekitar 50 persen konsumsi air tanah dan PDAM dapat diturunkan. Maka, pemerintah harus berupaya mendorong gerakan pemanenan air hujan," ungkap Chay.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung Dandan Riza Wardana menuturkan, pada dasarnya Pemkot Bandung telah melakukan berbagai upaya terkait ketersediaan air, di antaranya pembuatan sumur resapan dan penghijauan. Sementara gerakan memanen air hujan, selama hal itu positif, tentu memungkinkan untuk dilakukan.

Sekretaris Komisi C DPRD Kota Bandung Muchsin Al Fikri menanggapi positif usulan itu. Menurut dia, efisiensi pemakaian air memang harus segera dilakukan. Kegiatan yang tidak memerlukan kualitas air PDAM, sebaiknya menggunakan air lainnya, seperti air hujan.

"Efisiensi harus segera dilakukan. Apalagi, kondisi persediaan air di Kota Bandung terus mengalami perubahan," ucap Muchsin.

Krisis air

PDAM memprediksikan bahwa Kota Bandung akan mengalami krisis air baku tahun 2012, kata Chay, tidak dimaksudkan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Sebab, yang dimaksud dengan tidak adanya persediaan itu, bukan berarti benar-benar tidak ada air, melainkan permasalahan pada pemilihan waktu (timing) distribusi air.

"Airnya tetap ada. Hanya, air kan datangnya pada musim hujan. Apalagi, sekarang terjadi perubahan iklim global. Dalam daur hidrologi, tidak ada masalah karena jumlah air yang beredar di alam ini kurang lebih sama," ujarnya.

Chay menambahkan, distribusi jumlah air yang ada secara global ataupun regional di Kota Bandung tidak mengalami pengurangan. Hanya, waktu distribusi tidak bisa dipastikan.

"Artinya, periode hujan menjadi lebih singkat, sedangkan periode kering lebih lama. Hal itu menyebabkan periode krisis lebih panjang dan air yang tersedia lebih singkat. Maka, akan menjadi masalah, yaitu ancaman banjir besar," katanya lagi. (A-188)



Post Date : 22 Mei 2009