Saat Membuat Kompos Menjadi tak Konsisten...

Sumber:Pikiran Rakyat - 18 Mei 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

KONSEP pengelolaan sampah menjadi kompos memang terdengar ideal untuk menyelesaikan masalah sampah yang terjadi di berbagai daerah. Akan tetapi, diperlukan komitmen dan konsistensi banyak pihak, terutama warga dan pemerintah untuk membuat pengomposan terus berjalan secara berkesinambungan.

Tempat pengomposan di RT 3 RW 3, Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi Selatan, bisa jadi merupakan contoh tidak konsistennya warga dan pemerintah dalam hal pengomposan. Rumah pengomposan yang tiga tahun lalu resmi berdiri itu kini hampir tak berbentuk. Yang tersisa hanya satu atap tinggi yang disanggah empat tiang besi, serta dua ruang berukuran 2x2 meter persegi yang tidak berpintu dan berjendela. Di sebelah kiri bangunan, terdapat satu bak sampah besar berwarna kuning, yang penuh dengan sampah.

Menurut Ketua RT 3 RW 3, Kelurahan Cibeber Abdullah (63), sudah setahun ini rumah pengomposan itu tidak beroperasi. Pada awal masa beroperasi, produksi kompos dalam sebulan bisa mencapai 25 kilogram. Akan tetapi, jumlahnya menurun drastis pada beberapa bulan kemudian.

"Warganya susah. Mereka enggak mau memilah sampah organik dan anorganik. Sudah berapa kali dikasih tahu, tetap saja disatukan. Jadinya, di rumah kompos ini kita harus memisahkan sendiri," tuturnya.

Selain itu, jumlah pekerja di rumah pengomposan itu juga terus berkurang. Mereka yang rata-rata tidak memiliki pekerjaan tetap itu mengeluhkan kecilnya penghasilan dari membuat kompos. Jangankan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya, uang dari pengomposan itu bahkan tidak cukup untuk biaya makan para pekerja dan keluarganya.

Mesin dicuri

Puncak masalah rumah pengomposan itu terjadi ketika pada 2008, mesin pengomposan tiba-tiba hilang dicuri orang. Sejak itu, kegiatan pengomposan di RT 3 RW 3, otomatis terhenti.

Ketua RW 3 Kelurahan Cibeber Oma (62) mengaku sangat menyesal melihat nasib rumah pengomposan di daerahnya. Dahulu, hampir setiap malam dia mendatangi tempat itu, hanya untuk memastikan bahwa peralatan di rumah pengomposan tetap utuh. Namun, sakit yang dideritanya sejak tahun lalu, membuat Oma terpaksa menghentikan kegiatan rondanya.

"Pas saya berhenti ronda, mesin komposnya ada yang nyuri. Terus, pagarnya juga ada yang membongkar," katanya.

Oma sudah melaporkan pencurian-pencurian itu ke Polsek Cimahi Selatan dan Pemerintah Kota Cimahi. Akan tetapi, sampai saat ini, belum ada tindakan penggantian mesin atau sosialisasi ulang mengenai pengomposan di wilayahnya.

Ketua Gerakan Masyarakat Mitra Lingkungan (Gemmilang) Cimahi Barkah Setiawan sangat menyayangkan kondisi rumah pengomposan yang terbengkalai. Menurut dia, rumah pengomposan yang sudah tidak beroperasi juga terjadi di Kampung Mekarsari, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah. Kondisi ini seharusnya tidak terjadi, seandainya warga dan pemerintah memiliki visi yang sama mengenai pengelolaan sampah untuk menyelamatkan lingkungan kota.

"Padahal, dahulu kan pemerintah sangat bersemangat untuk menggalakkan pengomposan ini. Saya mendesak pemerintah untuk segera menghidupkan kembali rumah-rumah kompos yang mati, soalnya ini penting untuk menyelamatkan lingkungan kita. Kan sayang modal yang dahulu sudah ditanam tidak menghasilkan," ucapnya. (Lia Marlia/"PR")



Post Date : 18 Mei 2010