|
PANGKALPINANG Sejumlah rumah warga di Kelurahan Bacang Kecamatan Bukit Intan sekitar jalan menuju Komplek Perkantoran Pemprov Babel, Selasa (25/4) dilanda banjir. Air menggenangi kediaman warga di saat hujan lebat disertai guntur melanda Kota Pangkalpinang dan sekitarnya sekitar pukul 12.30 WIB. Rumah warga yang terparah terendam banjir milik Aliuw dan Lio warga RW 01 RT 06 Kelurahan Bacang. Kedalaman air di tempat tersebut mencapai 70 cm atau sebatas pinggang orang dewasa. Tak cuma itu, lima tambak ikan milik Holid, warga Airitam, jebol akibat derasnya air. Banjir kali ini merupakan kejadian yang ketiga kalinya setelah yang terakhir tiga bulan lalu. Dari pantauan Bangka Pos Group sampai pukul 22.00 WIB genangan air tidak juga surut. Awalnya Aliuw tidak menyangka hujan yang terjadi kemarin akan berakibat banjir sedemikian parah. Namun lama kelamaan, genangan air semakin banyak dan meninggi. Melihat itu, Aliuw berserta anggota keluarga yang lain langsung menyelamatkan peralatan rumah tangga miliknya ke rumah tetangga. Tak cuma itu, tempat ibadah yang bersebelahan dengan rumahnya turut juga terendam. Sementara itu Holid, tak bisa berbuat banyak saat tambak ikan nila, ikan paten, ikan bawal miliknya dihantam derasnya air. Namun dia belum bisa memprediksi berapa kerugian akibat kejadian itu. Akibat TI Banjir kali ini menurut beberapa warga akibat ulah tambang inkonvensional (TI) yang berada di sekitar Parit Enam. Air yang meluap dari bekas galian TI itu langsung menuju ke beberapa rumah warga. Banjir ini akibat ulah penambang TI. Sebab sebelum adanya TI di sekitar Parit Enam sana, banjir yang melanda rumah kami tak pernah terjadi, ujar Aliuw kesal. Aliuw yang sore itu sudah kedinginan terlihat pasrah menyaksikan air yang masuk ke seluruh bagian rumahnya. Kekesalahan serupa pun diungkapkan Lio warga yang bersebelahan dengan Aliuw. Menurut Lio keberadaan TI di sekitar Parit Enam itulah yang membuat rumahnya terendam. Sebelum ada TI tidak pernah ada kejadian seperti ini. TI itulah yang menjadi penyebabnya, katanya. Dia menambahkan usaha TI memang cepat menghasilkan uang. Namun akibat dari TI itu, tak hanya hutan yang rusak tapi berakibat pula pada kesengsaraan orang lain. Menurut Lio, dia pernah mendatangi Polda Babel dan Pemerintah Kota Pangkalpinang agar TI di sekitar Parit Enam itu ditertibkan. Jadi kita minta pemerintah untuk tegas dan jangan janji-janji belaka. Kalau tidak ada tindakan saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan rumah kami, tutur Lio. Sementara Holid yang juga anggota LPM Kelurahan Air Itam ini meminta pemerintah untuk melarang TI yang ada di sekitar Parit Enam. Saya minta jangan ditertibkan tapi dihilangkan. Kalau ditertibkan itu sama saja bohong sebab banjir akan terjadi lagi, katanya kesal. Dia juga meminta apabila pemerintah hendak membuat drainase di sekitar rumahnya, maka hendaknya lebar drainase itu minimal empat meter jangan dua meter. Kalau dua meter, tak mampu menampung debit air yang begitu besar, ujarnya. (qaw) Post Date : 26 April 2006 |