|
MAGETAN - Pelayanan RSUD dr. Sayidiman kembali mendapat sorotan. Kali ini terkait persediaan air bersih yang dinilai sangat kurang. Khususnya di ruang kelas ekonomi, baik kelas satu, dua dan tiga. "Siang hari saja air sudah tidak ada, padahal ruang kelas satu," terang Toni, salah satu keluarga pasien. Dikatakan, kejadian tersebut dialaminya ketika dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Akibatnya, ia dan pasien kesulitan ketika memerlukan air bersih. Selain itu, kamar mandi terlihat kotor dan berbau karena tidak ada air bersih. "Terpaksa kita keluar kalau buang kecil. Dan bagaimana kita bisa sehat jika air bersih saja tidak ada," ujarnya. Masalah kurangnya air tersebut dibenarkan dr. Hary Susanto, Direktur RSUD dr Sayidiman. Menurutnya, kekurangan air bersih itu disebabkan kurangnya pasokan dari PDAM. Dalam satu hari, PDAM hanya memasok sekitar empat tangki air bersih. Padahal, dalam kondisi normal pihaknya membutuhkan sekitar delapan tangki tambahan selain dari pipa saluran. "Saya tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini pipa PDAM sering macet. Sehingga kita perlu tambahan air menggunakan tangki," ungkapnya. Diungkapkan, keterbatasan stok air melalui tangki disebabkan terbatasnya dana yang dimiliki RSUD untuk membeli air PDAM. Pasalnya, sejak kenaikan harga BBM, PDAM menaikkan harga hingga 25 persen. Yakni dari Rp 40 ribu menjadi Rp 60 ribu per tangki. Padahal, belum ada ketetapan bupati soal kenaikan tarif. "Saya berharap semua pihak memahami soal ini, karena kita memang terbatas soal dana," katanya. Dijelaskan, setiap bulannya, pihaknya menganggarkan biaya pembelian air bersih sebesar Rp 9 juta. Terdiri Rp 5 juta untuk pembelian air melalui meteran dan sisanya untuk pembelian melalui tangki. Lantaran air menggunakan pipa tidak mencukupi, maka pihaknya membeli air menggunakan tangki. Akibatnya, biaya untuk itu melonjak hingga 40 persen. Yakni mencapai Rp 12,5 juta jika hanya membeli empat tangki per hari. Padahal kebutuhan ideal mencapai delapan tangki. "Dari mana kita menanggung biaya sebesar itu," tegasnya. Harry juga mengaku telah mengajukan surat permohonan pada bupati untuk memberi keringanan harga air dari PDAM. Pasalnya, jika menggunakan tarif yang sekarang, pihaknya menjadi kurang optimal memberikan pelayanan pada masyarakat. "Itu sudah kita ajukan, dan sementara bupati menyanggupi memberikan dana Rp 1,19 miliar untuk pemenuhan air tahun depan," pungkasnya. (dhy) Post Date : 21 November 2005 |