|
BANDUNG (SINDO) PDAM Kota Bandung menambah jaringan air kotor di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Untuk proyek tersebut,PDAM menganggarkan dana sebesar Rp9 miliar dari APBN 2007. Direktur Utama PDAM Kota Bandung Jaja Sutarja mengatakan, saat ini pihaknya telah memberikan pelayanan air kotor kepada 40% dari 140.000 pelanggan. Semua air kotor tersebut dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) seluas 85 hektare( ha) diKecBojongsoang,Kab Bandung. Sebenarnya semua pelanggan dapat memanfaatkan fasilitas ini.Kami hanya menarik biaya 30% dari tarif pemakaian air kepada penggunanya, kata Jaja dalam peringatan Hari Pelanggan Nasional di RM Sindang Reret,Bandung,kemarin. Dia menyarankan masyarakat meminta PDAM menangani air kotor rumah tangga, termasuk pelayanan sedotan air kotor di septic tank untuk dikumpulkan di IPAL Bojongsoang. Masyarakat hanya dikenakan ongkos angkut yang berdasarkan jarak rumah dari IPAL.Biaya itu kami tarik, karena kami hanya memilikiduaarmadakendaraanuntuk pengangkutan air kotor, jelas dia. Direktur Air Bersih PDAM Tardan Setiawan menambahkan, ada beberapa fasilitas pelayanan air kotor di Kota Bandung. Selain IPAL,terdapat pula sewerage system Bandung Urban Development Project I & II seluas 304 kilometer (km), sewerage peninggalan zaman Belanda 154 km, investasi pengembangan PDAM 43,5 km, inspection chamber20.101 unit,dan dua unit pumping station. Dengan sambungan yang ada ini, PDAM dapat melayani 1,6 juta pelanggan,imbuh Tardan. Koordinator Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) Dina Andriani menjelaskan pentingnya penanganan air kotor. Sebab, jika tak ditangani secara benar, limbah air kotor dapat merusak cadangan air baku di Kota Bandung. Berdasarkan hasil pe-nelitian K3A pada 2004, sekitar 80% air Sungai Citarum dan Cikapundung tercemar limbah industri dan rumah tangga. Padahal,kedua sungai tersebut merupakan sumber air baku utama bagi penduduk Kota Bandung. Sungai Citarum merupakan daerah aliran sungai (DAS). Sementara Sungai Cikapundung merupakan kawasan Sub DAS yang mengaliri 12 kawasan di Kota Bandung.Sayangnya,hingga kini belum ada upaya serius untuk menangani kondisi air baku, kata Dina seusai diskusi media bertajuk,Air bagi Masyarakat Miskindi Hotel Yehezkiel, Kota Bandung,kemarin. (evi panjaitan) Post Date : 05 September 2007 |