|
MEDAN – Dinas Bina Marga Kota Medan membeli dua ponton (alat pengeruk sungai) dari Kota Surabaya, untuk melakukan normalisasi air sungai di kota ini.Kedua ponton yang berbeda jenis itu dibeli seharga Rp2,4 miliar atau masing-masing Rp1,5 miliar untuk ukuran besar dan Rp900 juta untuk ukuran kecil. Saat ini,kedua alat berat itu sudah mulai bekerja mengeruk sendimentasi di Sungai Sei Kambing dan Sungai Babura. “Untuk saat ini sungai Sei Kambing dan Babura dulu yang dilakukan pengerukan karena kedua sungai ini senantiasa mengalami peninggian air apabila terjadi hujan. Di tambah lagi dengan kiriman banjir dari hulu, sehingga kerap mengakibatkan banjir,”ujar Kepala Dinas (Kadis) Bina Marga Kota Medan Gunawan Surya Lubis, Jumat (17/8). Medan merupakan kota keduasetelahSurabayayangmenggunakan alat ponton untuk mengeruk sendemintasi sungai. Dengan keberadaan dua ponton itu,dia optimistis dapat meminimalisir sendimenditasi air dan lumpur di seluruh sungai di Medan.Nantinya,tanah atau lumpur yang dikeruk akan ditumpuk ke pinggiran sungai yang sudah turun ke bawah. “Dipastikan dengan ponton yang sudah kami miliki, potensi banjir akan berkurang di Kota Medan,”ucapnya. Dia menambahkan, kedua alat itu akan terus dipacakkan di sungai yang akan dikeruk.Ini untuk mengantisipasi jika tibatiba hujan datang hingga menyebabkan air sungai meluap. “Hujan di Kota Medan tidak bisa diprediksi. Bila curah hujan tinggi dari hulu,sungai di Kota Medan dipastikan akan naik dan menyebabkan banjir,” tandasnya. Wali Kota Medan Rahudman Harahap mengatakan, ponton tersebut akan digunakan sebagai pembersih sungai sekaligus memberikan pemahaman dan penyuluhan kepada warga yang bermukim di sepanjang bantaransungaisupaya tidaklagi membuang sampah sembarangan. Dengan demikian,sungai yang mengalir dan melintasi wilayah Kota Medan sepanjang lebih kurang 35 kilometer dan luas daerah aliran sungai mencapai sekitar 17.000 hektare (ha),akan terbebas dari sampah. “Sungai yang bersih itu terwujud apabila sampah tidak kita biarkan. Karenanya, kita akan terus melakukan upayaupaya bagaimana sungai ini akhirnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan hiburan bagi masyarakat, terutama anakanak. Untuk itu,ke depan,kita harus memiliki gerakan terpadu agar sampah tidak lagi menjadi masalah bagi sungai,” ujarnya saat menelusuri Sungai Deli beberapa waktu lalu. Dalam penelusuran itu, Rahudman menilai kondisi Sungai Deli masih sangat memprihatinkan. Selain menemukan tumpukan sampah, masih ada warga di kawasan Kampung Aur yang membangun rumah di badan sungai. Jika datang banjir tentunya sangat membahayakan warga tersebut . “Atas dasar itulah, saya mengimbau kepada warga yang bermukim di badan sungai supaya mau pindah.Apalagi Pemko Medan telah menyiapkan sejumlah rumah susun sederhana (rusunawa), tentunya lebih layak huni dan aman dibandingkan dengan rumah di badan sungai,”katanya. lia anggia nasution Post Date : 18 Agustus 2012 |