NGAMPRAH, (PR).- Tahun ini, anggaran sebesar Rp 3,2 miliar dialokasikan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk pengadaan konstruksi jaringan air bersih. Memasuki musim kemarau, sebagian masyarakat harus bersiap mengalami kekurangan pasokan air bersih. Di beberapa wilayah bagian selatan, rawan air bersih kerap terjadi.
Lilis Solihat (42), warga RT 03 RW 04 Kampung Blokloa, Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, mengaku sudah kesulitan mendapat air bersih. Ia dan warga kampung lainnya harus mengambil air bersih dari sumur masjid untuk keperluan dapur dan minum.
"Di rumah saya tidak ada saluran ledeng (PDAM). Air dari sumur sudah berkurang. Kalau untuk minum dan memasak, kurang bagus, karena air agak berbau dan keruh," kata Lilis.
Krisis air bersih juga terdapat di Kecamatan Batujajar. Endang (26), warga Kampung Cipanggulaan, Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, menyebutkan sering kelimpungan untuk mencari air karena sumurnya kering. Dia biasa membeli air bersih atau meminta ke tetangga.
Meski begitu, ada pula yang pasokan air bersihnya disediakan oleh pabrik di sekitar tempat tinggal. Seperti Empat (49), warga RT 04 RW 05 Kampung Laksanamekar, Desa Laksanamekar, Kecamatan Batujajar, sudah dua tahun ini tidak lagi kesulitan air. "Pabrik di dekat rumah saya ini memberikan bantuan pembuatan sumur," katanya. Setiap bulan, ia membayar tagihan air sesuai dengan pemakaian. "Biasanya saya membayar tagihan Rp 17.000-Rp 20.000," ucapnya.
Kepala Bidang Prasarana Lingkungan Permukiman Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bandung Barat, Dani Priantohadi mengungkapkan, tahun ini anggaran Rp 3,2 miliar dialokasikan untuk pengadaan jaringan air bersih. Dana tersebut berasal dari APBD ataupun APBN yang akan ditujukan untuk memfasilitasi pengadaan air bersih di Kecamatan Cililin, Sindangkerta, Cihampelas, Batujajar, Cisarua, Ngamprah, dan Padalarang. (A-176)
Post Date : 03 Mei 2010
|