|
GUNUNGKIDUL - Anggaran Rp 1 Miliar untuk program dropping air gratis untuk warga miskin segera dimulai. Langkah ini merupakan kebijakan yang sejak lama ditunggu masyarakat Gunungkidul terutama di kawasan selatan yang mulai mengalami kesulitan air bersih. "Sebelumnya memang sudah banyak permintaan dari masyarakat dan secara parsial sudah kami layani. Namun karena kegiatan ini menggunakan dana APBD yang ada aturannya, maka secara resmi program tersebut baru kami mulai Agustus ini," kata Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Sobermas) Gunungkidul Sugeng Pratopo SSos. Dari dana Rp 1 miliar ini, Sobermas mengaku hanya menggunakan separuhnya. Sebab dana tersebut juga didistribusikan langsung ke kecamatan yang memiliki tingkat kerawanan air bersih lebih besar. "Sebagian dana ini dikelola langsung oleh 11 Kecamatan yang juga diberi kendaraan tanki air untuk dioperasionalkan sendiri. Sedangkan kami hanya mengoperasikan 7 kendaraan untuk cadangan dan kepentingan yang bersifat mendesak," kata Sugeng. Menurut Sugeng, pihaknya mendapatkan jatah anggaran sekitar Rp 533 juta untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga miskin di 7 kecamatan yang antara lain adalah Patuk, Nglipar, Semin, Gedangsari, Ngawen, Karangmojo dan Kecamatan Playen. Dari tujuh kecamatan tersebut di dalamnya ada 18.725 kepala keluarga atau sekitar 67.981 jiwa yang tersebar di 274 padukuhan. "Di Gunungkidul ada 11 kecamatan yang tingkat kerawanan air saat kemarau cukup besar. Kecamatan tersebut adalah Semanu, Rongkop, Tepus, Girisubo, Purwosari, Paliyan, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Ponjong dan sebagian Kecamatan Wonosari. Untuk 11 kecamatan ini masing-masing mendapat armada 1 buah mobil tanki yang dioperasionalkan sendiri oleh kecamatan," imbuhnya. Hal senada juga diakui Camat Panggang Drs Wahyu Nugroho Msi. Menurut Wahyu, kecamatan yang dipimpinnya merupakan kecamatan yang dinilai rawan akan kekurangan air bersih saat kemarau. Untuk itu pihaknya diberi satu mobil tanki untuk dioperasikan sendiri guna melakukan droping air. "Jujur saja dengan satu tanki tidak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat kami. Dan saya yakin hal ini juga dirasakan sama oleh kecamatan yang lain," kata Wahyu. Pernyataan Wahyu ini juga dibenarkan oleh Sugeng Pratopo. Pasalnya meski satu mobil tanki dari Sobermas sudah melakukan droping minimal5 kali dalam sehari, maka tidak semua masyarakat bisa terlayani. "Yang belum kebagian terpaksa harus membeli dari tanki swasta yang harganya mahal. Sementara yang tidak mampu terpaksa mengkonsumsi air yang sebenarnya tidak layak," kata Sugeng. (ufi) Post Date : 06 Agustus 2007 |