Rob Sengsarakan Warga Muara Gembong

Sumber:Suara Pembaruan - 24 Januari 2008
Kategori:Banjir di Jakarta
[BEKASI] Banjir rob atau banjir yang diakibatkan pasang air laut terus melanda Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi, Jawa Barat setiap hari selama tiga minggu terakhir. Akibatnya ribuan warga di sana kesulitan ekonomi. Distribusi pasokan bahan pokok dan juga minyak tanah terhambat karena akses jalan ke wilayah itu terendam air dan rusak parah.

Pantauan SP hingga Rabu (23/1), genangan air keruh mencapai 30 centimeter (cm) di pemukiman warga yang sebagian besar berprofesi nelayan itu. "Rob selalu menggenangi setiap rumah di Muara Gembong mulai pukul 08.00 pagi hingga puncaknya di pukul 12.00 WIB atau tepat di tengah hari," ujar seorang warga desa Pantai Mekar, Tu'in (55).

Hal senada dikatakan Nuriyah (40). Menurut dia, banjir air pasang sudah terjadi sejak November tahun lalu dan diperkirakan akan berlangsung sampai April mendatang, dengan kata lain masih ada tiga bulan lagi.

Muara Gembong masih tetap saja digenangi air keruh, akibatnya bukan hanya akses transportasi yang sulit dilalui, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat di daerah tang berpenduduk 36.181 jiwa itu. Sejumlah warga terserang penyakit seperti gatal-gatal pada kulit dan mencret-mencret kerap kali menyerang, terutama terhadap anak kecil. Begitu juga serangan kutu air seringkali menyerang kaki orang dewasa karena setiap hari terendam air.

Bagaimana tidak, bukan hanya air yang keruh dan berbau amis, tapi juga sampah-sampah terlihat menutupi permukaan air yang menggenang di sekitar rumah penduduk dan di pinggir-pinggir jalan. Tak ada pilihan bagi warga selain bertahan dan terus bekerja meski di tengah situasi yang dengan nyata membatasi mereka untuk leluasa bergerak sehari-hari.

Muara Gembong yang berada sangat jauh dari hiruk pikuk Kabupaten Bekasi sendiri dikelilingi perairan laut Jawa yang luas dan terhimpit di antara Jakarta Utara dan Kabupaten Karawang. Tak kurang dari empat jam diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kota Jakarta. Sebagian besar penduduk Muara Gembong bermata pencaharian sebagai nelayan, menangkap ikan, kepiting, dan juga udang untuk dijual ke Jakarta khususnya ke daerah Cilincing, Ancol, dan Muara Angke, Jakarta Utara.

Akses Sulit

Oleh karena itu, akses transportasi dan ruang gerak yang leluasa adalah hal yang sangat penting bagi penduduk Muara Gembong. Akses transportasi dari desa menuju laut di saat kondisi air laut normal saja sudah dapat dikatakan sulit untuk ditempuh akibat jalan yang sempit, berlubang dan berbatu. Tentu dapat dibayangkan bila ditambah rob, jalan setapak yang hanya dapat dilalui sepeda motor itu kini digenangi air keruh setinggi sekitar 30 cm.

Lurah Desa Pantai Mekar Manan mengatakan, ia telah mengajukan pembangunan bendungan Karet, di lokasi desa Harapan Jaya pada saat pertemuan dinas di Kabupaten Bekasi.

Muara Gembong terdiri dari enam desa, Jayasakti, Pantai Mekar, Pantai Bahagia, Pantai Bakti, Pantai Sederhana, dan Desa Pantai Harapan Jaya yang memiliki lahan terluas 275 hektare (Ha). Selama rob melanda enam desa, kesulitan utama yang dialami para penduduk pesisir pantai itu adalah langkanya minyak tanah, karena kelangkaan itu, harga minyak tanah yang mulanya Rp 3.500 per liter menjadi Rp 5.000 per liter karena jalan yang semakin sulit ditempuh oleh pedagang minyak tanah keliling.

Bagi warga Muara Gembong, harga minyak sebesar itu sangat menyulitkan. Sebab, saat ini pendapatan bersih mereka rata-rata Rp 10.000/hari. Kalau dikurangi beli minyak tanah seliter, berarti hanya tinggal Rp 5.000 yang bisa digunakan untuk beli lauk. "Pendapatan minim karena ikan-ikan sulit ditangkap ketika air laut pasang seperti ini," ujar Maslan, seorang nelayan yang Selasa kemarin (22/01) tidak membawa satupun ikan dari laut untuk dijual.

Minyak tanah diperlukan para nelayan sebagai bahan bakar perahu mereka, selain itu juga untuk memasak, karena kendati Kecamatan Muara Gembong telah menerima distribusi tabung gas dan kompor, mereka mengaku masih takut menggunakannya. Salah seorang tokoh masyarakat di desa Pantai Mekar, Sayi'an (78) mengatakan, ia sangat prihatin dan sangat jengkel dengan keadaan jalan di sepanjang Muara Gembong. Dia berharap pemerintah bersedia memperbaikinya dengan segera. [WWH/Y-4]



Post Date : 24 Januari 2008