Rob Rendam Kampung Nelayan Muarareja

Sumber:Koran Sindo - 24 Oktober 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

TEGAL (SINDO) – Puluhan rumah di perkampungan nelayan Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat,Kota Tegal, terendam air rob dengan ketinggian 20–40 cm.

Selain merendam rumah-rumah warga,air pasang yang datang sekitar pukul 04.00 WIB itu merendam hektaran tambak ikan bandeng. Bahkan, tanggul tambak milik warga jebol diterjang air pasang. Puncak air pasang itu sebelumnya sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tegal.

Kendati demikian,warga mengaku masih akan tetap bertahan karena bingung tidak punya lokasi untuk mengungsi. Salah seorang warga Muarareja, Darpinah,40,mengaku panik dengan air pasang yang datang secara tiba-tiba. Dia tidak menyangka air pasang itu datang saat sebagian warga masih terlelap.

”Air laut masuk deras sekali saat warga masihtidur. Sayasendiritakutdan langsung bangunkan anak saya yang masih tidur,”kata Darpinah kemarin. Menurut dia, air pasang setinggi lutut orang dewasa itu tidak biasanya datang pada pagi hari.Rob biasanya menggenangi perkampungan nelayan itu sore hari.

“Kalau yang sudah-sudah rob datang sore hari.Tapi, sekarang baru mau azan subuh air sudah masuk rumahderassekali,”keluhnya. Kendati rumahnya sering dilanda rob, lanjut dia, namun hingga kini belum ada niatan untuk pindah ke tempat lain. ”Mau pindah rumah ke mana.Kami tidak punya tanah lagi, ini tanah warisan orang tua,”ujarnya.

Warga lain, Mulyati, mengatakan, rob yang datang pada pagi hari membuat warga tidak bisa beraktivitas. ”Anak-anak mau berangkat sekolah juga susah karena jalan juga banjir,”katanya. Sementara itu, pembangunan break water atau pemecah ombak di kawasan Pantai Muarareja terus dikebut.

Sejumlah pekerja bekerja keras menyelesaikan proyek yang berfungsi untuk mencegah abrasi pantai dan masuknya air pasang ke permukiman warga. Terpisah, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Meteorologi Tegal Sartono mengatakan, berdasarkan data yang diterima BMG puncak rob terjadi pada 23 hingga 25 Oktober seiring dengan peredaran bulan.

“ Puncak rob itu memang tidak bersamaan bulan purnama,” katanya. Dia menjelaskan, rob diperkirakan datang menerjang mulai pagi hari antara pukul 05.00 WIB–07.00 WIB. Sedangkan ketinggian air laut pasang berkisar antara 0,4 meter hingga 1,1 meter dari permukaan laut.

Menurut Sartono, ketinggian pasang air laut lebih tinggi dari yang terjadi pada Mei karena cuacanya tidak mendukung. Kondisi ini terkait dengan pemanasan global dan kiriman air dari sungai yang masuk ke laut. Sementara di Batang, gelombang pasang yang menerjang Pantai Sigandu kemarin mengakibatkan ribuan tanaman mangrove (bakau) raib.

Selain itu gelombang pasang juga mengancam warung milik warga terancam ambruk. Gelombang dan angin besar juga melanda pantai di Desa Depok,Kecamatan Kandeman, dan Desa Klidang,Kecamatan Batang.

”Sebelum gelom-bang besar datang sekitar pukul 01.00 WIB, angin besar terus menghantam wilayah pantai,”kata Tarmo, warga setempat. Ketua Paguyuban Petani Sigandu Tyos menjelaskan mangrove yang baru ditanam Dinas Pariwisata ikut raib. Gelombang besar yang menerjang pantai berlangsung selama dua hingga tiga jam. (kastolani/zenal alimin)



Post Date : 24 Oktober 2008