BEKASI, (PR).- Sedikitnya empat bangunan sekolah dasar (SD) negeri di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, terendam air laut pasang (rob) dari pantai utara. Akibatnya, ratusan murid terpaksa diliburkan sejak beberapa hari terakhir ini. Keempat sekolah itu, yakni SDN Pantai Harapanjaya 4, SDN Pantaibahagia 3 dan 4, serta SDN Pantaimekar 2.
Air pasang yang merendam sekolah tersebut mencapai setengah meter. Oleh karena itu, para murid terpaksa diliburkan karena khawatir air pasang semakin tinggi. "Tapi, jika air tetap tinggi, kegiatan belajar mereka akan dipindahkan. Apalagi, sebentar lagi murid akan ulangan umum," ujar Solehah, guru SD Pantaimekar ketika ditemui "PR", Rabu (25/11).
Hal senada juga diungkapkan Kepala SDN Pantaimekar Sule. Ia mengaku prihatin dengan keadaan tersebut yang selalu terjadi setiap tahun. "Memang sekolah dekat bibir pantai. Jadi, jika air laut pasang, pun tergenang," katanya.
Akibat sering datangnya rob tersebut, kata Sule, kualitas pendidikan di Muara Gembong selalu tertinggal dibandingkan dengan kecamatan lainnya. "Bagaimana tidak, setiap tahun harus mengalami laut pasang. Kalau sudah begitu, akhirnya murid diliburkan dan kegiatan belajar-mengajar berhenti. Padahal, masih banyak materi pelajaran yang belum disampaikan," ucapnya.
Sule dan beberapa kepala sekolah lainnya pun sudah pernah mengadukan hal itu ke Dinas Pendidikan Kab. Bekasi, tetapi belum ada jawaban konkret yang diterimanya. "Apalagi, tindakan nyata. Padahal, jika sudah rob begini bisa lebih dari dua minggu surutnya. Bisa lebih parah lagi jika masuk musim hujan seperti saat ini," ujarnya.
Sementara Kepala Desa Pantaimekar Manan mengatakan, limpasan rob yang masuk di wilayahnya itu bukan yang pertama. "Di sini sering karena Kampung Muarajaya RT 1 dan RT 2 memang lokasinya lebih dekat dengan bibir pantai dibandingkan dengan desa lain," tuturnya.
Belum ada solusi
Untuk mengantisipasi keadaan seperti itu, menurut Manan, sudah banyak cara yang dilakukan. Misalnya, bersama warga lainnya bergotong royong membuat tanggul penahan di pinggir sungai. Namun, semua itu sia-sia karena datangnya air yang sangat besar dan tiba-tiba itu. "Penahan yang ada di pinggir sungai jebol dan tidak bisa menahan air," tuturnya.
Sementara itu, Camat Muara Gembong Muhajirin mengatakan, diperkirakan lebih dari empat SD yang terendam. Namun, dari laporan yang masuk baru empat SD. "Kondisi ini dialami hampir setiap tahun. Namun, hingga kini pun kami belum mempunyai solusinya," ujarnya.
Sekolah itu, ungkap Muhajirin, berada di sekitar bibir pantai sehingga bila air laut pasang pada malam hari, air masuk kelas mencapai setengah meter.
Lebih lanjut, Muhajirin mengatakan, lokasi terparah saat terjadi banjir dialami warga Kampung Muarajaya RT 1 dan RT 2. Dampaknya, tidak hanya saran umum, tetapi puluhan hektare tambak warga di sekitar lokasi tersebut ikut tergenang akibat air laut yang melintas di Sungai Citarum.
Menurut Muhajirin, pembangunan tanggul penahan banjir yang selama ini dibangun warga dengan swadaya pun masih bersifat sementara. Padahal, idealnya, pembangunan tanggul dilakukan secara permanen dengan bahan beton. "Kami pun sudah pernah mengusulkan hal tersebut dalam rapat-rapat di Pemkab Bekasi. Namun, belum juga ada yang meninjau hingga kini," ucapnya. (A-186)
Post Date : 26 November 2009
|