|
jakarta, kompas - Rob atau limpasan air laut kembali merendam sejumlah ruas jalan di pesisir Jakarta. Air limpasan itu menggenangi ruas Jalan Kapuk Kamal Raya, Jalan Kamal Raya, dan Jalan Benda Raya di kawasan Kamal Muara, perbatasan Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Tangerang. Tinggi air rob mencapai 20-50 sentimeter. Air limpasan itu juga menggenangi sebagian ruas Jalan RE Martadinata. Lurah Kamal Muara Trisubektyo mengatakan, rob tidak biasa meluap sampai ke jalan. Dia menduga hal itu akibat peninggian tanggul laut di sepanjang pesisir Kamal Muara. Peninggian tanggul itu menyebabkan air laut yang pasang dan melimpas ke dalam laut sungai terdorong jauh ke sungai di bagian hulu atau tengah daratan. Sementara itu, Kali Kamal dan Kali Tanjungan yang bermuara di pesisir Kamal Muara baru dinormalisasi pada bagian hilir. Sebaliknya, bagian hulu kedua sungai itu masih dipenuhi sedimen sehingga air yang mengalir di bagian sungai itu meluap. ”Semestinya peninggian tanggul laut itu diimbangi dengan normalisasi sungai sehingga banjir rob ini bisa tertangani seluruhnya,” katanya. Kondisi itu mengakibatkan kemacetan di kawasan Kamal Muara sejak pagi hingga sore. Kedalaman genangan pada beberapa titik di kawasan itu mencapai 50 cm, seperti di Jalan Benda Raya yang sebagian badan jalannya rusak parah. Menurut Kepala Polisi Subsektor Kamal Muara Aiptu Kisno, kemacetan parah di Kamal Muara terjadi pada pagi hari karena ribuan pengendara sepeda motor dan mobil bergerak dari daerah Dadap, Tangerang, Banten, ke Jakarta. Tak sedikit motor dan mobil mogok karena mesinnya mati terendam air. ”Kemacetan makin parah karena kendaraan yang melintas didominasi trailer,” ujarnya. Menurut petugas piket Posko Banjir DKI Jakarta, Frans Siboro, pasang laut pada Rabu pagi mencapai maksimal, 1,2 meter. Akibatnya, ketinggian air laut di pintu air Pasar Ikan naik dari kondisi normal 1,6 meter menjadi 2,2 meter pada pukul 07.00. Sejumlah warga Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, mengatakan, rob mulai menggenangi permukiman pada Rabu dini hari. Banjir juga diperparah dengan hujan deras sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari. Langganan banjir Kampung Pulo, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, juga kembali tergenang. Kampung tersebut menjadi langganan banjir sejak Maret 2011 setelah terjadi penyempitan aliran Kali Krukut. Banjir pada hari Rabu mencapai lutut orang dewasa atau sekitar 30 cm. Kondisi terparah terjadi di RT 11 RW 03, Kelurahan Pondok Labu. Paling tidak lebih dari 150 rumah terendam air. Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo mengakui, kawasan Kampung Pulo berada di daerah rawan banjir. Sebab, lebar Kali Krukut idealnya 20 meter. Kenyataannya, banyak bagian Kali Krukut hanya memiliki lebar 5 meter. Di sisi lain, sebagian permukiman warga berada di bawah permukaan air Kali Krukut. Karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membebaskan kawasan itu dari permukiman. Tahun ini, DKI menyediakan anggaran pembebasan permukiman Rp 10 miliar. Genangan juga bermunculan di sejumlah titik di Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, setelah hujan Rabu siang. Di perempatan Mampang Prapatan, genangan air setinggi sekitar 10 cm. Arus lalu lintas tersendat di sepanjang jalan tersebut. Pendangkalan KBT Kanal Banjir Timur (KBT) juga terancam pendangkalan dan atau penyempitan. KBT sepanjang 23,6 kilometer belum berfungsi optimal menampung aliran lima sungai. Pendangkalan KBT akibat sampah dan endapan lumpur terjadi, antara lain, di wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur. Kantong dan botol plastik mengapung di aliran air yang menghitam. Penyebab lain, akibat hunian warga di bantaran dan tepian kanal yang dijadikan kebun. Lebar KBT tersita 10-20 meter. Kepala Unit Pelaksana Teknis KBT Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Sorimunda Harahap mengatakan, KBT belum berfungsi optimal sebab pembangunan dan penataan masih berlangsung. ”Sampah dan endapan akan terus kami gali dan angkat. Tanaman pengganggu tanggul dan penahan tanggul terus kami bersihkan,” kata Sorimunda. Secara terpisah, Bank Dunia mendukung upaya mitigasi banjir di Jakarta. Proyek itu berupa pengerukan 11 saluran air sepanjang 67,5 kilometer serta 4 waduk seluas 65 hektar. Selain itu, 42 kilometer bantaran sungai juga akan direhabilitasi. ”Studi menunjukkan, langkah paling membawa manfaat bagi mitigasi banjir di Jakarta adalah merehabilitasi sistem manajemen banjir kota agar kembali pada kapasitas semula. Selain pengerukan, perawatan rutin juga akan membantu mitigasi banjir,” ujar Fook Chuan Eng, spesialis urusan air dan sanitasi di Bank Dunia kantor Jakarta. FRO/BRO/MDN/ART/NDY) Post Date : 19 Januari 2012 |