|
SEMARANG - Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip mengatakan rob (air laut yang merembes ke darat) yang terjadi di Kota Semarang penanganannya sudah menjadi masalah nasional. Pasalnya, selain menjadi fenomena alam, dari sisi keuangan Pemerintah Kota Semarang juga tak mampu mengatasinya. "Yang dilakukan Kota Semarang hanya memberikan bantuan pada korban rob," kata Sukawi kemarin. Menurut Sukawi, rob merupakan fenomena alam akibat terus menurunnya permukaan tanah di sebagian wilayah Semarang bagian utara. Penurunan itu mencapai 20 sentimeter per tahun akibat penggunaan air tanah yang tak terkendali dan akibat abrasi pantai. Sukawi menjelaskan, pemerintah pusat telah melakukan beberapa langkah terkait dengan pengadaan infrastruktur untuk menangani rob, di antaranya pembangunan Waduk Jatibarang, yang rencananya bakal dilaksanakan tahun ini. "Pemerintah pusat telah mengalokasikan dana Rp 850 miliar untuk pembangunan Waduk Jatibarang," katanya. Selain itu, menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Fauzi, tahun ini pemerintah pusat mengucurkan dana untuk peninggian jalan arteri, pengerukan daerah aliran sungai dengan anggaran Rp 80 miliar, serta membangun tiga stasiun pompa air di Kali Banger, Kali Baru, dan Kali Semarang sebesar Rp 1,2 miliar. "Proyek ini akan selesai 2010," kata Fauzi. Menurut Paramesti Iswari, perwakilan Hoogheermaadschap van Schieand de Krimpenerwaard (HHSK) Water Board in Indonesia, Wali Kota tak bisa begitu saja menyatakan rob menjadi masalah nasional. "Secara pendanaan penanggulangan mungkin dari pemerintah pusat, tapi penanganan teknis tetap jadi tanggung jawab pemerintah kota," ujarnya. Pemerintah kota, Iswari melanjutkan, harus mengambil peran dalam perawatan infrastruktur yang ada, seperti perawatan mesin rumah pompa dan pengerukan sungai. "Faktanya, penanggulangan rob sering terkendala buruknya perawatan infrastruktur." HHSK merupakan lembaga pelayanan publik di Belanda yang khusus mengurusi masalah polder (sistem terpadu penanggulangan banjir) yang memberikan asistensi kepada Kota Semarang. Sudah empat hari yang lalu sebagian warga di Kecamatan Semarang Utara kembali disibukkan oleh genangan rob dengan ketinggian 30-150 sentimeter. Dari tujuh kelurahan yang ada di kecamatan itu, hanya Kelurahan Bulo Lor yang tidak terkena rob. Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Maritim Tanjung Emas memperkirakan puncak rob akan terjadi pada awal Mei mendatang dengan ketinggian mencapai dua meter dari permukaan laut. Artinya, 80 persen wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang akan tergenang. Luapan rob juga mencapai radius lima kilometer dari bibir pantai. "Puncak rob akan terjadi saat bulan purnama," kata Ahmad Sukarno, Kepala Seksi Observasi dan Pelayanan Data Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas. SOHIRIN Post Date : 17 April 2008 |