Jakarta, Kompas - Warga Marunda, Jakarta Utara, dikejutkan dengan datangnya air pasang atau rob pada pukul 09.00. Padahal, biasanya, rob hanya datang pada malam atau dini hari. Untuk persiapan menghadapi banjir, Jakarta harus menambah 15 polder lagi dari 33 polder yang sudah ada sekarang.
Datangnya rob pada pagi hari kemarin benar-benar membuat warga Marunda sibuk memindahkan barang-barang rumah tangganya. Warga meninggalkan kesibukan mereka karena harus membendung air yang terus masuk dari laut.
”Biasanya air pasang datang malam hari. Eh, kok, sekarang pagi, saya jadi tidak bisa jualan,” kata Nisah (45), warga RT 003 RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara (Jakut). Dia harus memindahkan isi rumahnya, seperti bangku, meja, pakaian, dan perabot masak.
Usman, Ketua RT 003 RW 07 Marunda, Cilincing, menjelaskan, air pasang yang datang pagi hingga siang ini memang di luar dugaan warga. ”Apalagi sekarang belum memasuki angin barat, wajar saja jika warga banyak yang panik dan terburu-buru memberesi perabotan rumahnya. Rob biasanya terjadi pada musim angin barat,” kata Usman.
Usman menambahkan, agar pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Jakut secepatnya membuat tanggul atau dam di pesisir pantai. Tujuan agar warga Pantai Marunda tak lagi cemas dan khawatir ketika banjir rob tiba. Apalagi, sekarang ini banjir rob sulit diprediksi. Kalau dahulu warga bisa berpatokan pada bulan dan datangnya angin, sekarang ini harus selalu siap dan waspada.
Polder besar
Sementara itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan, untuk mengurangi beban banjir, Jakarta perlu membangun 15 polder lagi. Ke-15 polder itu terletak di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
Polder, kata Prijanto, merupakan sebuah sistem pembuangan air banjir dengan menggunakan pompa air berkapasitas besar dan kolam penampungan. Dengan polder, air banjir dapat disedot ke kolam penampungan melalui berbagai saluran drainase dan kali.
Selanjutnya, air dari kolam penampungan dibuang ke laut atau ke sungai besar yang langsung ke laut. Dengan demikian, kawasan yang tergenang banjir dapat lebih cepat dikeringkan.
Ke-15 polder itu adalah polder Kapuk Poglar dengan daerah cakupan 550 hektar, Marunda (2.240 hektar), Kapuk Muara 1,2,3 (220 hektar), Jelambar Timur (100 hektar), Sunter Timur IB Utara (600 hektar), Sunter II KBN (600 hektar), Sunter Timur II Kebantenan (528 hektar), Perum Wali Kota (90 hektar), Penjaringan Junction (200 hektar), Kedoya Green Garden (260 hektar), Duri Kepa (80 hektar), Kali Deres (950 hektar), Sunter Timur II Pertukangan Cakung (288 hektar), Kompleks Dewa Kembar (140 hektar), dan Tanjungan/Tegal Alur (390 hektar).
Dalam Rancangan APBD 2010, hanya ada dua polder, dari 15 yang dibutuhkan, yang akan dibangun. Keduanya adalah di Kapuk Poglar dan Marunda.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widiantoro, pembangunan polder Marunda membutuhkan pembebasan lahan seluas 15 hektar, dengan biaya Rp 80 miliar. Keterbatasan dana menyebabkan pembangunan polder tidak dapat dilakukan secara massal.
Sambil menunggu pembangunan ke-15 polder itu, pemprov terus memelihara 308 pompa yang sudah dioperasikan.(ECA/ARN)
Post Date : 04 November 2009
|