Rob Bisa Mencapai 1,4 Meter

Sumber:Suara Merdeka - 19 Mei 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SEMARANG UTARA- Stasiun Meteorologi Maritim Semarang memperkirakan puncak rob pada Mei ini terjadi pada Rabu (19/5) hingga Minggu (23/5) mendatang. Ketinggian maksimum rob diperkirakan mencapai 1,4 meter dan berlangsung antara pukul 13.00-16.00.

Prakirawan Stasiun Meteoroligi Maritim Semarang, Winarti, meminta warga yang tinggal di daerah rawan rob agar waspada. ’’Hari ini (kemarin-red) ketinggian rob mencapai 120 cm dan cenderung terus meningkat,’’ kata dia, Selasa (18/5) kemarin.

Waktu datangnya rob terjadi pada siang hingga menjelang sore. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, dimana terjadi pada pagi hingga siang hari. Meski hanya selama tiga jam, hujan yang kerap turun beberapa hari ini berpotensi menyebabkan genangan rob lama surut.

Terkait turunnya hujan di Kota Semarang dalam tiga hari terakhir ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, da Geofisika (BMKG) Jateng menilai masih dalam kondisi normal. Secara prosedur, Mei merupakan musim pancaroba.

Namun, karena suhu muka perairan Laut Jawa masih cukup panas, yakni 29 derajat celcius yang berakibat suplai uap air masih banyak dan kelembaban masih tinggi, maka saat ini disebut musim pancaroba dengan signifikansi ke hujan.

’’Buktinya juga pola angin masih belum stabil, masih terus berubah dari arah timur ke arah barat laut (pada 15-16/5), sehingga bisa disebut masuk musim kemarau,’’ kata Kasi Data dan Informasi BMKG Jateng, Evi Lutfiati saat ditemui di kantornya kemarin.

Anomali Cuaca

Pihaknya menyebutkan curah hujan di Semarang tiga hari belakangan cenderung sangat tinggi yakni 61 milimeter, di atas batas normal yang mestinya 50 milimeter perhari. Selama curah hujan dalam satu bulan rata-rata masih 50 milimeter, kata dia, maka bisa dikategorikan cenderung musim hujan.

Belakangan ini terjadi anomali cuaca, saat siang sangat panas, tapi malam atau sore mendung atau hujan, merupakan indikator dampak terjadinya pemanasan global, dengan suhu rata-rata 33 derajat Celcius. Sementara suhu ekstrim biasanya pada Agustus-September. ’’Kini juga masih berpotensi terjadinya hujan deras, badai petir, dan puting beliung,” ujarnya.

Dengan demikian, masyarakat harus selalu waspada. Masyarakat yang sebetulnya bersiap diri menghadapi musim kemarau tapi ternyata kini musim hujan, hendaknya lebih menjaga kebersihan lingkungan sekitar, tetap rajin membersihkan saluran air agar tidak tersumbat yang berakibat banjir. Selain itu, baliho yang sudah tua harus mendapat perhatian pemerintah.(H54,hdq-18)



Post Date : 19 Mei 2010