Ritual Menjaga Air

Sumber:Koran Tempo - 29 Maret 2010
Kategori:Air Minum

Banyak janur kuning melingkar di pepohonan, di kanan-kiri jalan, tapi bukan untuk acara kawinan. Janur itu hanyalah penanda arah menuju sumber mata air.

Kemarin pagi, warga Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Banyumas, berseragam kaus hijau. Mereka bukan akan melakukan gerak jalan, melainkan bersiap bakal melakukan ritual, yaitu meruwat sumber mata air. "Sekaligus memberi sesaji kepada Mbah Goncel," ujar Nartam, 50 tahun, pemimpin upacara itu.

Mbah Goncel dipercaya oleh masyarakat sebagai penunggu sumber mata air Lubang, yang selama ini menghidupi sedikitnya 2.100 jiwa penduduk desa itu. Mata air itu selama ini menjadi sumber utama untuk mendapatkan air bersih.

Dalam 10 tahun terakhir, kata Nartam, debit air di sumber air itu mulai menurun. Padahal desa itu terletak persis di kaki Gunung Slamet, yang dulu dikenal berkelimpahan air.

Sebagai desa yang letaknya paling tinggi, air dari desa itu juga menjadi tumpuan air bersih bagi 1,7 juta jiwa penduduk Banyumas. "Makanya kami mengadakan ritual ini agar sumber air bisa terus terjaga," tutur Budi Satrio, Kepala Desa Melung.

Ruwatan itu, Budi melanjutkan, tak hanya didasari alasan mistis. Tapi juga untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan sebagai penyangga mata air.

Desa itu, 10 tahun lalu, masih mempunyai 12 sumber mata air. Namun kini tiga sumber mata air sudah kering. Itu pula yang membuat kesadaran warga terbuka.

Tahun lalu hutan gundul di lereng Slamet mulai ditanami kembali. "Ada 180 hektare lahan yang sudah ditanami agar mata air bisa berair lagi," ujar Kusworo, 34 tahun, Ketua Ikatan Remaja Desa Melung.

Menurut dia, ruwatan itu sebagai simbol. Yang lebih penting, dia menambahkan, bagaimana masyarakat melihat kondisi lingkungannya dari dekat, agar timbul kesadaran untuk menjaganya.

Direktur Komunitas Peduli Slamet Sungging Septivianto mengatakan ritual itu memang perlu dilestarikan. "Biar orang kota sadar, betapa orang di daerah hulu mati-matian menjaga hutan agar air tetap mengalir," katanya.

Ruwatan, Sungging melanjutkan, merupakan salah satu bentuk terima kasih warga desa atas limpahan air yang mereka terima. Setidaknya mereka tahu, penunggu mata air akan marah jika hutan di sekitarnya ditebangi. "Jadi, mari kita jaga hutan kita, agar air tetap mengalir." ARIS ANDRIANTO



Post Date : 29 Maret 2010