Ribuan Warga Sulbar Masih Mengungsi

Sumber:Kompas - 15 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Makassar, Kompas - Banjir bandang di Kabupaten Polewali Mandar dan Majene, Sulawesi Barat, sejak Sabtu (10/1) malam, menghanyutkan 551 rumah warga serta menyebabkan 1.328 rumah rusak berat dan 2.798 rusak ringan. Namun, pemerintah pusat belum memberi bantuan bagi korban banjir.

Kepala Biro Humas Pemprov Sulbar Khaeruddin Annas yang dihubungi di Polman, Rabu (14/1) malam, mengatakan, ribuan warga masih mengungsi di rumah kerabat, tenda darurat, sekolah, dan wilayah pegunungan.

Jalur trans-Sulawesi di Kabupaten Polewali Mandar, yang menghubungkan Sulbar dengan Sulsel maupun Sulteng, masih terputus akibat ruas jalan rusak digenangi air dan lumpur.

”Warga sangat butuh bantuan air bersih, obat-obatan, serta makanan. Pemerintah provinsi sudah menyalurkan bantuan, tapi kami berharap pusat juga membantu,” katanya.

Menurut Khaeruddin, kondisi bekas banjir sangat parah. Lumpur kering setinggi 1,5-2 meter menutupi rumah warga dan jalan. Belum lagi batang kayu bergelimpangan di banyak tempat.

Banjir bandang menerjang enam kecamatan, yaitu Tinbambung, Allu, Limboro, Tutar, Mapilli, dan Wonomulyo. Bencana ini menyebabkan enam orang tewas dan empat hilang.

Di Pati, Jateng, 1.420 rumah yang dihuni 2.016 jiwa tersebar di delapan desa di Kecamatan Gabus, Rabu, kebanjiran sedalam 60-150 cm. Arus lalu lintas Pati-Gabus terputus karena jalan raya terendam 0,5 meter.

Delapan desa itu adalah Kosekan, Tanjang, Mintobasuki, Banjarsari, Gempolsari, Babalan, Pantirejo, dan Plumbungan. Warga memilih bertahan di desanya.

Banjir juga melanda Desa Karangrowo, Kedungmulyo, Tondomulyo, dan Ngastorejo di Kecamatan Jakenan. Banjir di wilayah ini menggenangi persawahan, hanya empat rumah di Desa Ngastorejo terendam air 50 cm.

Di Kudus, lebih dari 100 warga Dukuh Ketanjung, Desa Jati Wetan, sejak Rabu siang mengungsi karena rumah dan pekarangan mereka diterjang banjir.

Luapan Sungai Bajangan di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu, membuat petani bandeng memanen bandeng lebih awal.

Hujan deras yang terus mengguyur membuat banjir di Kota Semarang semakin meluas. Banjir melanda Kota Semarang sejak Senin pagi.

Sedikitnya, tujuh kelurahan di empat kecamatan terendam banjir. Tujuh kelurahan itu adalah Kaligawe, Sawah Besar, dan Tambakrejo di Kecamatan Gayamsari, Kelurahan Tanjungmas di Kecamatan Semarang Utara, Kelurahan Muktiharjo Kidul di Kecamatan Pedurungan, Kelurahan Siwalan di Kecamatan Gayamsari, dan Kelurahan Banjardowo di Kecamatan Genuk.

Ketinggian air di beberapa tempat juga meningkat, seperti di Kelurahan Kaligawe yang sebelumnya 60 cm menjadi sekitar 1 meter pada Rabu pagi.

Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Alam Dinas Kebakaran Kota Semarang Mustaqim mengatakan, pihaknya telah menyalurkan bantuan 10 ton beras dan 150 bungkus mi instan. Sebagian warga mengungsi di masjid, rumah susun, dan kantor kelurahan.

Banjir menghentikan aktivitas warga sejumlah desa di Kecamatan Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sedikitnya 770 rumah dan 153 hektar sawah di daerah itu tergenang akibat luapan Sungai Cibeet sejak Selasa siang.

Sabda (60), warga Kampung Mujiah, Desa Mekarmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Rabu kemarin mengatakan, puluhan pekerja pembuat bata di kampungnya menganggur dalam dua pekan terakhir karena lio (rumah produksi bata) terendam air.

Kerusakan hutan

Kerusakan hutan di kawasan hulu diduga menjadi penyebab banjir besar yang melanda daerah perbatasan Kalimantan Barat-Serawak. Selain untuk perladangan masyarakat, parahnya kerusakan hutan terutama disebabkan gencarnya perambahan hutan yang dimodali para cukong kayu Malaysia di kawasan perbatasan pada periode 1998-2007.

Sejumlah warga yang ditemui di kawasan hulu Sungai Sekayam, Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu, mengatakan, hutan di daerah mereka rusak akibat maraknya pembalakan kayu di wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia.

Penebangan kayu memang sudah berhenti sejak adanya pos tentara di Desa Suruh Tembawang akhir tahun 2005, tapi hutan telanjur rusak dan dampaknya baru dirasakan sekarang.

Kepala Desa Suruh Tembawang Imron Manuk mengatakan, pembalakan kayu oleh pengusaha dari Malaysia sudah berhenti. Namun, perusakan hutan untuk pembukaan lahan pertanian masih berlangsung. (REN/NAR/HEN/SUP/ILO/ MKN/AIK/WHY)



Post Date : 15 Januari 2009