|
Warga 13 desa di Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kesulitan air bersih. Sumur milik ribuan warga di wilayah tersebut mengering, dan tidak dapat diambil airnya. Empat desa yaitu Desa Timbang, Kedarepan, Langgan, dan Desa Nangkasawit merupakan daerah yang paling sulit mendapatkan air bersih. Di empat desa tersebut, air sumur milik warga sama sekali tidak dapat dimanfaatkan lagi karena airnya bercampur lumpur. "Terpaksa kita mencoba mengendapkan air. Itu pun hanya beberapa ember, sementara kalau mandi dan mencuci, warga di sini terpaksa harus ke sungai atau ke desa lain," kata Sadir, 34, warga Desa Kedarepan. Bahkan, lanjut Sadir, warga sudah tidak mungkin lagi mandi dua kali. Menurut dia, mandi biasanya dilakukan di sungai pada waktu sore sepulang dari kerja. Camat Kejobong Widyanto ketika dihubungi Media, kemarin, membenarkan jika wilayahnya mulai mengalami kekurangan air bersih. Dia menjelaskan, di Kecamatan Kejobong memang banyak daerah yang rawan air bersih, sehingga kalau kemarau, dapat dipastikan kesulitan air. Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga Prayitno menyatakan pemkab sudah menyiagakan armada guna memasok air ke wilayah yang kekurangan air bersih. "Kalau nanti memang sudah ada laporan dari masyarakat, maka kami akan langsung memasoknya," katanya. Waduk Punthuk Suruh yang menyalurkan air bersih ke Desa Pengadegan dan Panunggalan di Kecamatan Pengadegan serta Desa Langgan dan Kedarepan, Kecamatan Kejobong juga tidak lagi berfungsi. Waduk Punthuk Suruh yang dibangun dengan biaya sampai Rp10 miliar tidak lagi berfungsi untuk pengadaan air bersih, karena volume airnya menurun drastis. Warga yang menjadi pelanggan air bersih dari Punthuk Suruh mengeluh, karena masing-masing warga telah mengeluarkan Rp357.000 untuk membayar biaya pemasangan sambungan air dari waduk ke rumah mereka. Di Desa Pengadegan saja, tercatat 340 warga yang sudah membayar untuk mendapatkan sambungan pipa air. Menanggapi masalah itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Purbalingga Henny Ruslanto mengakui kalau keberadaan waduk tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Kian meluas Kekeringan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, kian meluas. Sebagian besar warga kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk mendapat air bersih, masyarakat harus berjalan kaki sejauh dua kilometer. Menurut pemantauan Media di dua kecamatan yang dilanda kekeringan yaitu Kecamatan Pulosari dan Belik, kemarin, terlihat kondisi yang memprihatinkan, karena selain sungai dan sumur yang mengering, bantuan dari pemerintah daerah juga minim. Di Kecamatan Pulosari, jika sebelumnya kekeringan hanya melanda Desa Siremeng, Batursari, Pulosari, dan Gunungsari, kini bertambah lagi satu desa yaitu Desa Clakatakan. Sedangkan di Kecamatan Belik terdapat dua desa yaitu Desa Gombong dan Belik yang mengalami kekeringan. Camat Belik Untung Mardianto kepada Media, kemarin, mengatakan, hingga saat ini pihak kecamatan telah meminta perusahaan daerah air minum (PDAM) dan pemda agar segera memberikan bantuan kepada warga Desa Belik, karena kekeringan semakin meluas dan belum ada bantuan satu mobil tangki pun di sana, sehingga masyarakat harus mencari sumber air bersih yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kendal Priyono, kemarin, mengatakan, empat kecamatan di sepanjang pantai utara (pantura) Kendal memasuki musim kemarau juga terancam kekeringan akibat rusaknya saluran air. Dari Serang, Banten, dilaporkan penduduk di sejumlah desa di Kabupaten Lebak, Banten, mulai diserang wabah penyakit diare. Merebaknya wabah diare diduga akibat memburuknya lingkungan di wilayah yang dilanda kekeringan. Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cipanas Suripto mengatakan, wabah diare yang berlangsung sejak pekan lalu itu menyerang sedikitnya 70 penduduk di Desa Sukasari dan Haurgajrug di Kecamatan Cipanas. Sedangkan di Desa Cisarap di Kecamatan Wanasalam tercatat 70 warga terkena diare. (LD/AS/BV/N-1) Post Date : 20 Agustus 2004 |