|
Palembang, Kompas - Krisis air bersih di Kota Palembang, Sumatera Selatan, semakin parah memasuki musim kemarau awal bulan Juli ini. Ribuan warga kota kini mulai kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur mengering. Sedangkan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi Palembang terbatas. Sejumlah warga Kota Palembang yang ditemui, Rabu (13/7), mengaku sekarang terpaksa meminum air Sungai Musi yang kualitas airnya semakin buruk karena tercemar. Warga justru makin khawatir, krisis air bersih semakin parah saat puncak musim kemarau bulan September nanti. Saat ini saja, sebagian sumur sudah mengering. Jika masih berair, warnanya sudah menguning dan berbau busuk. Kami berharap, pemerintah dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang segera mengantisipasi kondisi yang berlarut-larut ini demi meringankan beban warga, kata belasan warga di Kelurahan Satu Ilir. Muhammad Sirozi, warga lain yang tinggal di Jalan Zainal Abidin Fikry, Palembang, mengaku, kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur di kompleks perumahan sudah lama mengering. Jaringan pipa saluran air dari PDAM sudah terpasang, tetapi tidak mengeluarkan air. Kami akhirnya membeli air Rp 80.000 per satu gentong berisi 4.000 liter. Itu rata-rata habis untuk tiga hari sehingga pengeluaran melonjak, katanya. Kiting, warga lain, mengatakan, sumur di rumah keluarganya di Jalan Sungai Saha, Palembang, masih berair. Tetapi, air itu tidak diminum karena berwarna kuning, berbau busuk, dan terasa tidak enak. Ratusan warga di pinggiran Sungai Musi, seperti di Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, terpaksa meminum air Sungai Musi yang warnanya coklat kekuningan. Menurut Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel Sri Lestari, kondisi air Sungai Musi sekarang ini semakin kotor sehingga tidak layak lagi dikonsumsi, tanpa melalui proses penyulingan yang benar. Pengendapan yang biasa dilakukan tidak bisa menghilangkan zat kimia dan logam yang tercampur dari limbah industri. Kepala Humas PDAM Tirta Musi Yos Ruswadi Ilyas, mengatakan, PDAM baru bisa memproduksi air sebanyak 7,4 juta meter kubik per bulan atau 2.870 liter air per detik dari enam instalasi air yang dioperasikan. Dengan produksi sebesar itu, baru 99.000 keluarga dari total 300.000 keluarga di Palembang yang memperoleh pelayanan air bersih. Sedangkan 201.000 keluarga masih belum tercakup. Kemampuan PDAM sampai sekarang masih sebatas itu. Apalagi, kebocoran mencapai 53 persen dari air yang disalurkan. Itu termasuk air yang terserap pipa-pipa ilegal, kata Yos Ruswandi Ilyas. (iam) Post Date : 14 Juli 2005 |