|
Jakarta, Kompas - Banjir kiriman dari Bogor, Jawa Barat, yang melanda wilayah Jakarta Selatan dan Kabupaten Tangerang sejak Selasa (15/4) malam hingga Kamis (17/4) malam mengakibatkan sedikitnya 2.000 warga mengungsi ke berbagai tempat, seperti masjid, sekolah, kantor desa, sampai di atas tanggul. Berdasarkan data dari Pusat Krisis DKI Jakarta, wilayah yang masih tergenang air dengan ketinggian 30 sentimeter sampai 160 sentimeter meliputi Kelurahan Pondok Pinang dan Cipulir di Kecamatan Kebayoran Lama. Kelurahan Pesanggrahan, Ulujami, dan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan. Wilayah itu dilewati Kali Pesanggrahan yang meluap setelah volume air dari Bogor sangat besar. Di Kabupaten Tangerang, banjir setinggi lebih dari 60 sentimeter menggenangi rumah warga di Perumahan Mustika Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. ”Ketinggian air terus naik. Kami sudah mengungsi dari siang, saat air masuk rumah,” kata Munir, eks buruh PT Koryo, Tangerang, Kamis malam. Air dalam jumlah besar datang dari Bogor lewat Sungai Cimanceuri yang mengalir di tengah perumahan tersebut. Setidaknya 500 rumah sederhana di Perumahan Mustika kebanjiran sehingga sekitar 1.000 penghuninya mengungsi ke SDN Cogrek dan Balai Desa Pasir Nangka. Banjir dadakan tersebut mengejutkan penghuni perumahan yang sebagian besar bekerja menjadi buruh di berbagai pabrik di Tangerang. Mereka sama sekali tidak menduga, karena tidak ada hujan di kawasan itu. Barang-barang seperti televisi, meja-kursi, dan tempat tidur banyak yang tak terselamatkan karena pemilik rumah baru pulang sore harinya. Sampai semalam, belum ada bantuan pangan atau dapur umum bagi pengungsi dari Pemerintah Kabupaten Tangerang. Harus dikeruk Di Jakarta Selatan, banjir paling parah melanda Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, dengan ketinggian air 160 sentimeter. Lebih dari 500 orang mengungsi di masjid dan lapangan setempat. Tenda pengungsian dan dapur umum sudah dibangun di Cipulir dan Pondok Pinang, tetapi pasokan bahan pangan masih harus ditambah jika banjir terus berlanjut sampai dua hari ke depan. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan pernah menginstruksikan bahwa Kali Pesanggrahan harus dikeruk karena sudah mengalami pendangkalan dan tidak cukup untuk menampung banjir kiriman. Kali Pesanggrahan juga perlu dinormalisasi karena menyempit akibat banyaknya bangunan liar yang menempati di tepian sungai tersebut. Jika tidak dinormalisasi, sungai ini akan terus menimbulkan bencana bagi warga sekitar setiap musim hujan. (TRI/ECA) Post Date : 18 April 2008 |