Ribuan Warga Mengungsi

Sumber:Koran Sindo - 27 Oktober 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KISARAN (SINDO) – Banjir melanda Kabupaten Asahan kemarin (26/10). Ribuan kepala keluarga (KK) warga Desa Simpang Empat dan Sei Dua Hulu, Kecamatan Simpang Empat, mengungsi karena permukiman mereka terendam air.

Sejak kemarin pagi (26/10), warga berangsur-angsur meninggalkan perkampungan karena rumah mereka tidak bisa ditempati lagi. Ketinggian air juga terus meningkat hingga 1,5 meter. ’’Cukup banyak warga yang sudah meninggalkan rumahnya karena tidak mungkin lagi untuk bertahan,” ujar Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Simpang Empat Muhammad Ya’kub kemarin.

Dia menambahkan, saat ini pemerintah desa belum mendata detail jumlah warga yang telah mengungsi yang menjadi korban banjir. Juga situasi dan kondisi yang dihadapi warga saat ini karena sebagian wilayah yang terkena banjir belum bisa dijangkau. Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan Rahmat Hidayat Siregar menyatakan, berdasarkan hasil pendataan pihaknya, tercatat 1.017 KK di dua desa itu menjadi korban banjir.

Menurut dia, banjir tersebut disebabkan meluapnya air Sungai Asahan karena debit air dari pintu Bendungan Sigura-gura, Bandar Pulau Asahan, meningkat.Tanpa bisa dicegah, air pun menggenangi permukiman penduduk di dua desa tersebut. ’’Untuk membangun tanggul ini tidak mungkin karena Pemkab Asahan tidak memiliki dana. Setidaknya, dibutuhkan dana sekitar Rp30 miliar untuk membangun tanggul,”ujarnya.

Berdasar pantauan SINDO di lokasi, peristiwa banjir kali ini cukup parah.Di beberapa titik lokasi ketinggian air telah mencapai 1–1,5 meter, terutama di Desa Sei Dua Hulu. Warga di sana sama sekali tidak bisa menempati rumahnya. ’’Biasanya kalaupun banjir tidak sampai seperti ini.Ya, banjir memang hampir selalu, tapi tidak separah ini,”ujar warga lain Rukiah, 48. Banjir sebenarnya sudah terjadi sejak tiga hari lalu, tetapi kemarin yang paling parah.

’’Kami pikir cuma banjir biasa. Kami pun baru menyadari mulai pukul 10.00 WIB tadi (kemarin),air kok enggak surut-surut,”ungkapnya. Untuk sementara, warga mengungsi di sekitar poskamling atau membangun tenda darurat di pinggir jalan. Seperti Rukiah bersama anak-cucunya yang memilih mengungsi di pinggir jalan dengan menggelar tikar dan memasak.

Kegiatan darurat itu dilakukan tanpa tenda. Selain Rukiah,warga lainnya, Sri Utami, 45, bersama anak dan suami memilih mengungsi ke poskamling.Warga Dusun 16, Desa Simpang Empat,ini sejak Sabtu (25/10) malam, sudah mengungsi ke tempat itu.Di sana juga terdapat tiga KK lain. ’’Semalaman kami tidak bisa tidur. Macam mana mau tidurnya, masak sambil duduk. Kan orangnya padat,”ujarnya.

Sejumlah korban banjir menyatakan, pemerintah desa dan Pemkab Asahan belum memberikan bantuan makanan maupun membangun posko-posko pengungsian. Padahal, warga sudah mendatangi kantor kepala desa kemarin pagi. Kondisi ini dibenarkan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Muhammad Ya’kub.Menurut dia,ada koordinasi yang terputus di pemerintahan desanya.

Ini disebabkan di sana baru usai pemilihan kepala desa. ’’Kepala desa yang baru terpilih belum dilantik. Jadi, dia tidak bisa mengambil kebijakan-kebijakan,” tandasnya. Yakub mengungkapkan, banjir di desanya kali ini merendam tiga dusun, yakni Dusun 9, 13, dan 16. Banjir juga menenggelamkan sekitar lima dusun di Desa Sei Dua Hulu. Menurut perkiraannya, lebih dari 3.000 jiwa menempati kedua desa itu.

Dia menambahkan, kawasan ini memang belum bebas banjir karena berada di pinggiran Sungai Sei Dua Hulu,yang merupakan anak Sungai Asahan. Setiap tahun sebanyak tiga kali bencana banjir mampir ke daerah itu. Soal bantuan, Kepala Bagian Humas Pemkab Asahan Rahmat Hidayat Siregar menyatakan, pemerintah daerah telah memberikannya. ’’Pemkab sudah memberikan bantuan beras sebanyak 10 ton dan satu kardus mi instan setiap KK. Juga mendirikan posko-posko kesehatan,” paparnya.

Menurut Ya’kub, bantuan yang sudah turun itu dari PAN. ’’Setahu saya, hanya baru bantuan dari partai itu,” pungkasnya. (edy gunawan hasby)



Post Date : 27 Oktober 2008