JAKARTA -- Ribuan warga Kelurahan Ancol, Lodan, Jakarta Utara, kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Distribusi air yang dipasok oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) hanya keluar untuk waktu sesaat. Itu pun dengan kualitas air yang buruk. "Di beberapa RW, bahkan mati total," kata Wakil Ketua Dewan Kelurahan Ancol Sukirno Ahad lalu.
Sukirno menjelaskan, gangguan pasokan air mulai terjadi sekitar tiga bulan lalu, bersamaan dengan proyek betonisasi di sejumlah ruas jalan. Dampak gangguan dirasakan oleh sekitar 2000 keluarga di RW 1, 2, 4, 5, dan 8. Akibatnya, ribuan warga terpaksa membeli air di kios yang jaraknya sekitar 1 kilometer.
Gangguan pasokan air dinilai telah meresahkan masyarakat. Sebab, kata Sukirno, setiap keluarga sedikitnya harus mengeluarkan Rp 10 ribu untuk membeli 2 pikul air saban hari. "Itu untuk kebutuhan minimum. Beberapa warga bahkan ada yang harus membeli 5 pikul setiap hari."
Warga telah melaporkan gangguan kepada Palyja. Palyja pun mengirimkan mobil tangki air untuk warga setempat, tapi mobil tangki air tidak dapat menjawab masalah warga tersebut. "Jumlahnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Makanya, setiap mobil datang, warga selalu berebut," ujarnya.
Sejak beberapa pekan terakhir, kata Sukirno, Palyja telah mengatasi gangguan dengan mendistribusikan air pada waktu-waktu tertentu. Namun belakangan pasokan itu hanya keluar selama satu jam setiap hari pada pukul 19.00 WIB. "Kalaupun ada, air yang diterima warga kondisinya sangat keruh," ujarnya.
Juru bicara PT Palyja, Meyritha Maryanie, mengakui adanya gangguan itu. Tapi ia membantah keterangan Sukirno yang menyatakan bahwa dampak gangguan telah dirasakan sejak tiga bulan lalu di lima RW. "Gangguan itu mulai muncul sejak dua bulan di RW 8," katanya. Namun Meyritha membenarkan bila kerusakan jaringan dipengaruhi oleh proyek betonisasi jalan di Mangga Besar, Mangga Dua, Lodan, dan R.E. Martadinata.
Untu empat RW lainnya, kata Meyritha, gangguan jaringan baru terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Persoalan itu muncul akibat kebocoran sejumlah jaringan pipa primer yang diduga terjadi di Mangga Dua, Mangga Besar, Ancol, dan R.E. Martadinata. "Ada kebocoran lebih dari 70 persen," katanya.
Meyritha juga membantah bahwa pasokan air hanya mengalir selama satu jam setiap hari. Menurut dia, jadwal pendistribusian air untuk wilayah itu ditetapkan Palyja dari pukul 20.00-04.00 WIB. Hanya, dia mengakui, "Ketinggian kontur tanah menentukan debit air, terutama bagi rumah warga yang paling jauh dari jaringan pipa." Palyja belum bisa memastikan sampai kapan proses perbaikan tersebut selesai.
Pipa Palyja Rawan Bocor
Ribuan kilometer jaringan pipa Palyja rentan bocor. Sebagian besar pipa tersebut sudah berusia puluhan tahun. Bahkan beberapa di antaranya dibuat pada zaman Belanda. "Ada lebih dari 3000 kilometer pipa yang mudah bocor," kata juru bicara PT Palyja, Meyritha Maryanie, kemarin.
Sejak mengambil alih tata kelola air dari PAM Jaya pada 1998, manajemen Palyja mewarisi sekitar 4000 kilometer jaringan pipa. Dari jumlah itu, Palyja mengganti sekitar 850 kilometer dengan pipa baru dan menginvestasikan jaringan pipa baru sepanjang 1200 kilometer senilai Rp 1,3 triliun.
Menurut Meyritha, kebocoran jaringan pipa tidak hanya disebabkan oleh usia, tapi juga oleh penurunan permukaan tanah dan sambungan pipa ilegal. Untuk mengatasinya, Palyja mengaku telah berulang kali melakukan langkah penertiban. Namun masalah tersebut masih saja berlanjut. RIKY FERDIANTO
Post Date : 16 November 2010
|