BEKASI, (PR).- Sekitar 2.583 keluarga di Desa Muarabakti, Kecamatan Muara-gembong, Kabupaten Bekasi mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa memanfaatkan air su-mur untuk kebutuhan sehari-hari meskipun air yang dikonsumsi terasa payau (agak asin karena tercampur dengan air laut-red.).
Kepala Desa Muarabakti, Rikam saat ditemui, Minggu (8/8) mengakui kesulitan warganya mengonsumsi air bersih sudah dialami bertahun-tahun. Justru agar bisa mengonsumsi air bersih untuk minum, kebanyakan warganya mesti membeli air isi ulang yang dijual di sejumlah warung.
"Itu pun warga yang mempunyai penghasilan lebih dan mampu membeli air minum dalam kemasan. Akan tetapi, bagi sebagian besar warga yang kurang mampu, terpaksa mengonsumsi air sumur meskipun sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi," katanya
Rikam menjelaskan, air sumur tidak layak dikonsumsi karena kalau dimasak rasanya payau. Kalaupun digunakan untuk mandi, terkadang menimbulkan gatal-gatal pada kulit. "Air tanah di desa kami kan sudah terkontaminasi oleh air laut yang tercemar," ucapnya.
Dengan keterbatasan air bersih, menurut Rikam, warganya ada yang menampung air hujan menggunakan tong. Beberapa warga sengaja menempatkan tong di depan rumah mereka untuk menadah hujan. "Air hujan ini digunakan untuk mandi. Akan tetapi memasuki kemarau, warga juga sudah mengeluhkan kesulitan air," tuturnya.
Dia mengatakan, belum ada respons dari pemerintah daerah setempat mengenai krisis air di desanya. Meskipun saat ini terdapat jaringan pipa dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi yang masuk wilayahnya, tetapi kondisinya malah terbengkalai.
"Hingga sekarang, belum ada setetes pun air yang mengalir ke desa kami. Projek jaringan pipa yang dibangun melalui Kec. Babelan pun hanya mampu mengalir ke sebagian wilayah Babelan," tuturnya.
Pipa PDAM
Rikam mengakui, PDAM se-benarnya sudah membuka ja-ringan pipa di hampir setengah wilayah Desa Muarabakti. "Akan tetapi, airnya tidak pernah mengalir. Pipanya ada tapi tidak pernah disalurkan airnya ke desa kami. Sangat disayangkan sudah dipasang pipa tetapi tidak bisa dimanfaatkan," ucapnya.
Dia dan warganya mengharapkan Pemkab Bekasi dapat memberikan solusi untuk hal tersebut. "Kami ingin pipa PDAM bitu bisa disalurkan ke rumah warga. Air kan kebutuhan utama manusia, jadi pemerintah diharapkan bisa mengakomodasi air bersih untuk kami," katanya.
Sementara itu, anggota Ko-misi C DPRD Kab. Bekasi, Taih Minarno mengatakan, sudah mendengar keluhan mengenai kesulitan air bersih dari warga di wilayah utara Kab. Bekasi, se-perti Babelan, Cabangbungin, Tarumajaya, dan Muaragembong.
"Wilayah utara ini memang sering kesulitan air bersih. Sering banjir kalau musim hujan dan kekeringan kalau musim kemarau. Kami sudah mendesak PDAM agar menyalurkan air bersih ke wilayah itu," ujarnya.
Akan tetapi, menurut dia, jaringan pipa yang dibangun justru belum bisa dialiri air bersih. "Dari audiensi yang kami adakan beberapa waktu lalu, PDAM mengatakan, investasi untuk melanjutkan pembangunan jaringan tersebut sangat besar. Namun, tahun ini akan dilanjutkan," tuturnya.
Untuk menanggulangi kesulit-an air bersih di wilayah utara, Taih akan meminta PDAM memberikan bantuan beberapa truk tangki air bersih yang diposkan ke masing-masing desa yang kesulitan air bersih. (A-186)
Post Date : 09 Agustus 2010
|