|
SLAWI - Sekitar 1.300 warga Desa Penujah, Kecamatan Kedungbateng, Kabupaten Tegal kini mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Sebab, sebagian besar sumur sudah tidak mengeluarkan air. Menurut Kepala Desa Penujah, Takim, kekeringan paling parah terjadi di RT 6 dan RT 7 RW 3. Setiap pagi dan sore warga harus mencari air di sungai yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah mereka. "Untuk kebutuhan mandi, cuci, dan minum, warga mengandalkan air dari Sungai Menyawak. Itu pun debit airnya sudah menyusut," ujar Takim. Dia menjelaskan, untuk mendapatkan air, warga membuat belik (tampungan air di pinggir sungai). Diperkirakan ketersediaan air di sungai hanya mencukupi hingga bulan November. Kekeringan yang terjadi sejak Juni itu menambah beban warga. Sebenarnya mereka sudah membuat sumur resapan untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Namun, air sumur mengering sejak sebulan lalu. Karena itu, warga sangat mengharapkan bantuan air bersih dari pemerintah sekitar 5.000 liter/hari. "Seharusnya setiap musim kemarau pemerintah langsung memberikan bantuan air bersih tanpa harus menunggu permintaan dari warga. Sebab, selama ini apabila musim kemarau tiba, warga selalu kesulitan air," terangnya. Tidak Maksimal Lebih lanjut dia mengatakan, untuk meringankan beban masyarakat desa itu, pada tahun 2004 pemerintah memberikan bantuan diesel senilai Rp 150 juta. Namun, bantuan itu tidak berfungsi secara maksimal. Sebab, biaya operasional untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) dengan air yang dihasilkan tidak sebanding. Kemudian, tahun 2005 pemerintah kembali mengucurkan bantuan uang Rp 20 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli pompa air. Hasilnya, warga di RT 5, 4, dan 3 sudah mendapat pasokan air. Secara terpisah, Kepala Badan Informasi Komunikasi dan Kehumasan (BIKK) Drs M Widodo SE MM mengatakan, Pemkab akan memberikan bantuan air bersih kepada warga yang kesulitan. Setidaknya, dua unit mobil sudah disiagakan untuk membagikan air ke desa-desa. (H3-65d) Post Date : 03 Juli 2006 |